
Pantau.com - MotoGP musim 2018 membawa persaingan yang kuat antara tim Repsol Honda dan Ducati Corse. Berkaca pada musim lalu, kedua rider antara Andrea Dovizioso dengan Marc Marquez saling sikut memperebutkan juara dunia hingga akhir musim.
Kedua tim ini menunjukkan kemajuan yang begitu signifikan dalam hal elektronik. Bahkan mereka meninggalkan kekuatan yang dimiliki Movistar Yamaha yang bertumpu pada Valentino Rossi dan Maverick Vinales.
Kemenangan Dovizioso di Misano, dan juga persaingan dengan juara dunia MotoGP, Marquez di Aragon menjadi bukti. Pabrikan asal Italia itu jauh lebih berkembang jika dilihat dari kekuatan simbolis yang begitu luar biasa.
Baca Juga: Dovizioso Akui DNA Ducati Hanya di Lintasan Lurus, tapi...
Berkaca pada kesuksesan di San Marino, di mana trek ini begitu sulit untuk Ducati. Namun kemenangan Dovizioso dengan torehan Jorge Lorenzo, jumlahnya menyamai Honda yang telah mengoleksi lima kemenangan lewat Marc Marquez dan satu dari Cal Crutchlow.
Apabila jumlah kemenangan tersebut tak tercermin dalam klasemen sementara, itu karena konsistensi Marquez. Pembalap asal Spanyol itu berhasil mengendalikan dirinya ketika ada risiko tinggi untuk terjatuh.
Marc Marquez ketika menyalip Dovizioso di GP Aragon. (Foto: Reuters/Heino Kalis)
The Baby Alien -julukan Marquez - menghadapi bagian akhir musim dengan kepercayaan diri merengkuh gelar juara, itu karena rivalnya yang terlambat menantang.
“Ducati terlambat bangun. Kami menduga mereka terlambat,” ujar Marquez.
Kata-kata Marquez dibuktikan dengan apa yang terjadi tahun lalu, Ducati terbukti meningkat dalam mengembangkan motor ketika musim sudah berjalan. Tidak ada bukti yang lebih baik dari apa yang terjadi tahun lalu dengan Dovizioso.
Pembalap Italia itu hampir ‘membakar’ motornya sendiri, karena memiliki banyak keterbatasan di Austin. Sisanya adalah sejarah, ia berjuang dengan Desmosedici GP17 untuk merebut titel melawan Marquez hingga balapan terakhir di Valencia, setelah membukukan enam kemenangan.
Periode yang sukses setelah itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada 2018. Meski kali ini peningkatannya juga telah menguntungkan Lorenzo.
Mungkin sudah terlambat bagi siapa yang bakal merebut mahkota dari Marquez musim ini. Namun, kasus Lorenzo lebih serius karena ia mungkin akan meninggalkan tim pada momen terbaiknya, pada level maksimumnya di Ducati.
Baca Juga: Dovizioso Akui Tak Bisa Kalahkan Marquez di Aragon
Musim lalu, Marquez dan Dovizioso telah mencetak jumlah poin sama (199) dan keduanya di puncak klasemen, situasi yang sangat berbeda sekarang. Keduanya memiliki selisih 67 poin, di mana Marquez berada di puncak klasemen.
Kebangkitan Ducati ternyata tak luput dari perhatian Rossi. Rider gaek itu menilai Ducati membuat kemajuan yang begitu progresif ketika berada di lintasan, berbeda dengan Yamaha yang seakan berjalan di tempat.
“Ducati telah membuat kemajuan yang seharusnya kami (Yamaha) lakukan, dan ini ditunjukkan di grid. Ini bukan masalah pembalap atau lintasan lagi,” ungkap Rossi.
Filosofi Ducati terletak pada pengembangan yang tak pernah berhenti. Mereka terus mencoba dan menerapkan elemen-elemen baru demi meningkatkan performa motor. Belajar dari Formula 1, yang menerapkan strategi serupa dan itu terbukti.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta