Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

Nah Lho! Timnas Dinilai Sulit Menang Lantaran Gizi Pemain Kurang Bagus

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Nah Lho! Timnas Dinilai Sulit Menang Lantaran Gizi Pemain Kurang Bagus
Foto: Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu (22/3/2025). (ANTARA/M Baqir Idrus Alatas)

Pantau – Kualitas dan performa permainan timnas sepak bola Indonesia ditengarai ada kaitannya dengan kualitas gizi mereka. 

“Jangan heran kalau PSSI sulit menang karena main 90 menit berat. Kenapa? Karena gizinya tidak bagus dan banyak pemain bola lahir dari kampung,” ujar Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu (22/3/2025).

Karena sekitar 17 orang merupakan produk naturalisasi, kini kualitas pemain Indonesia dianggap sudah agak baik. Sebab, mereka telah memperoleh gizi baik di negara awal asal mereka, seperti Belanda.

Olahraga, dinilai Dadan, bukan soal latihan semata, melainkan perihal kecerdasan dalam bermain dan membaca permainan lawan yang ada kaitannya dengan gizi.

Baca juga: Ole Romeny Bangga Debut di Skuad Garuda Meski Kalah

Dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), BGN berharap bayi yang masih di dalam kandungan, balita, serta anak SD hingga SMA dapat diintervensi. Tujuannya, agar mereka memiliki gizi baik dan dapat menjadi tenaga kerja produktif berkualitas dalam 20 tahun mendatang.

Indonesia saat ini, disebut dia, menghadapi situasi pertambahan penduduk yang sangat tinggi dengan rata-rata kelahiran 6 orang per menit atau 3 juta per tahun. Total jumlah warga Tanah Air mencapai 280 juta jiwa. 

Ketika 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045, diperkirakan total penduduk Indonesia mencapai 324 juta.

Sayangnya, salah satu faktor sumber pertumbuhan penduduk berasal dari angka rumah tangga keluarga miskin dan rentan miskin.

Baca juga: Menpora Dito Semangati Timnas Indonesia Hadapi Laga Selanjutnya

Apabila ada 100 keluarga miskin, berdasarkan data, 78 keluarga memiliki anak tiga dan 12 keluarga anak dua. 

Jika 100 keluarga miskin dan rentan miskin digabungkan, maka 50 keluarga masing-masing mempunyai 3 anak dan 50 keluarga sisanya memiliki dua anak.

“Di situ sumber pertumbuhan penduduk Indonesia dari dulu, sampai sekarang, dan yang akan datang. Jadi Pak Presiden gelisah, kalau kita tidak intervensi (dengan program Makan Bergizi Gratis), ini kelompok ini 60 persen tidak pernah melihat menu dengan gizi seimbang. Kalau makan itu ada nasi, ada bala-bala, ada mi atau bihun, kerupuk, kecap ada semua karbohidrat. Itu sudah cukup bagi mereka bahagia, yang penting asal bisa hidup, dan 60 persen dari anak kelompok ini tidak pernah minum susu bukan karena tidak mau, tapi tak mampu minum susu,” papar Dadan.

Di lain sisi, pertumbuhan penduduk angka rumah tangga kalangan atas dan menengah justru dinilai tak memberikan pengaruh signifikan pada pertambahan penduduk.

Baca juga: Duh, Coach Justin Kena Labrak Suporter Usai Kekalahan Telak Indonesia atas Australia

“Jadi, kalau ada 100 orang keluarga kelas atas, itu 84 keluarga anaknya satu, 16 keluarga tidak punya anak.. (lalu) kalau ada 100 orang kelas menengah, 12 keluarga anaknya dua, 88 anaknya satu,” kata pungkas Kepala BGN.

Penulis :
Ahmad Munjin