Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

Menpora Minta Cabor Ubah Pola Pikir Instan dalam Pembinaan Olahraga

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Menpora Minta Cabor Ubah Pola Pikir Instan dalam Pembinaan Olahraga

Pantau.com - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, mengintruksikan pada seluruh pengurus cabang olahraga baik di level pusat maupun daerah untuk mengubah pola pikir instan dalam pembinaan olahraga.Menpora dalam laman YouTube resminya, Minggu, bercerita bahwa kebanyakan cabang olahraga baru akan mempersiapkan diri saat ada turnamen atau kejuaraan semata. Padahal pembinaan harus dilakukan secara kontinyu dan berjenjang tanpa melihat ada turnamen atau kejuaraan.

Baca juga: Piala Dunia U-20 Tak Masuk Kalender AFC? Ini Kata Menpora


"Nah hal-hal seperti itu harus kita ubah. Kita biasanya mempersiapkan saat ada turnamen baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Cara-cara ini tidak boleh kita pakai kalau mau berprestasi," kata Menpora.Menurut dia, Grand Design yang kini tengah disusun akan mengubah pola pikir itu. Grand Design keolahragaan nasional memiliki sasaran jangka menengah dan jangka panjang dengan melakukan revitalisasi di berbagai jenjang pembinaan dengan dukungan sport science.Konsep itu menekankan bahwa prestasi harus dibina sejak usia dini atau saat Sekolah Dasar. Itulah yang mendasari Kemenpora mencetuskan gagasan untuk menyusun grand design keolahragaan."Intinya adalah prestasi itu harus di-design. Kita harus membuat pabrik prestasi tidak bisa dengan 'nemu' untuk dibina atau by accident setelah itu tidak ada pelapis-pelapis yang berada di bawahnya untuk itu harus didesain tidak boleh by accident," kata dia.Ia mencontohkan Vietnam yang kini menjadi salah satu kekuatan menakutkan di Asia Tenggara khususnya di ajang sepak bola, atas hasil pembinaan berjenjang serta terarah sejak 10 tahun yang lalu.

Baca juga: Di PPN 2020, Menpora Ajak Pemuda Melangkah Maju untuk Indonesia Lebih Baik


Sementara di Indonesia, kata dia, pola latihan yang diterapkan banyak yang salah kaprah. Pemain-pemain sepakbola usia dini dilatih dengan cara-cara yang tak sesuai dengan usianya. Mereka dilatih persis seperti pola yang diterapkan untuk senior."Satu hari saya kunjungan ke daerah, saya ke SSB, enggak kursus enggak apa pelatihnya. Saya tanya bagaimana cara melatih?, 'Saya melatih dengan cara yang saya dapatkan waktu main di senior', Bayangkan usia 8-10 tahun dilatih dengan cara senior, nah itu yang harus kita benahi secara perlahan-lahan," kata dia.Adapun grand design keolahragaan nasional saat ini dalam tahap finalisasi dan uji publik bersama para pemangku kepentingan olahraga di beberapa daerah di Indonesia.

rn
Penulis :
Tatang Adhiwidharta