Pantau Flash
HOME  ⁄  Pantau Pemilu 2024

Istri Ganjar Dapat Keluhan dari Warga saat Blusukan di Jateng-Jatim, Apa Saja Ya?

Oleh Firdha Riris
SHARE   :

Istri Ganjar Dapat Keluhan dari Warga saat Blusukan di Jateng-Jatim, Apa Saja Ya?
Foto: Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh. (Sumber: Instagram/atikoh.s)

Pantau - Istri calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh, berkunjung ke Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) melakukan safari politik untuk menemui warga. Hasilnya, antara lain ia menerima berbagai keluhan harga bahan kebutuhan pokok yang naik.

"Terutama mak-emak tentang harga kebutuhan pokok yang mereka merasa masyarakat ini berat sekali gitu karena, kalau beras naik, otomatis kebutuhan lain naik. Bawang merah, bawang putih, itu juga menjadi bagian di bahan pokok di rumah, cabai dan sebagainya keluhan yang pertama," kata Atikoh kepada wartawan, di Tulungagung, Jatim, Selasa (19/12/2023).

Bukan hanya itu, warga juga mengeluhkan soal pekerjaan dan pendidikan, termasuk bagi kaum difabel. Selain itu juga ada tentang bullying, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), serta pelecehan seksual.

"Misalnya dalam lembaga pendidikan itu juga perlu diakomodir. Bagaimana pemerintah menekan jumlah TKI yang mempengaruhi pola pengasuhan anak, misalnya terkait lapangan kerja yang tersedia di Indonesia. Teman-teman wirausaha bisa menekan tenaga kerja yang bukan ahli," ujarnya.

Lebih lanjut, Atikoh berbicara kedepannya institusi pendidikan akan menjadi tempat curhat bagi korban pelecehan seksual. Permasalahan tersebut sudah menjadi program pasangan calon (paslon) Ganjar dan Mahfud.

"Sudah ada. Kalau misalnya yang seperti KDRT itu ya, atau misalnya pelecehan seksual, harapannya ke depan lembaga pendidikan di universitas, kemudian di SMA, itu juga kayak tempat curhat sehingga mental health-nya itu nanti benar-benar terjaga," katanya.

Atikoh berharap korban pelecehan seksual dari masing-masing institusi pendidikan juga melapor. Hal ini telah dibuat program satu puskesmas dan satu desa terdapat tenaga kesehatan (nakes) dan psikolog.

"Tetapi kalau selama ini ada kecenderungan mereka takut melapor karena ada victim itu, uang, menjadi akhirnya justru menjadi seolah-olah dia yang di-bully, ada stigma mungkin dianggap merugikan sekolah, institusi pendidikan. Ini kan tentu perlu dilindungi juga," ungkapnya.

Adapun, program lainnya yakni aksesibilitas terhadap pembukaan 17 juta lapangan pekerjaan, termasuk untuk kategori kaum difabel. Harapannya belum bisa melanjutkan pendidikan nantinya dan dimulai kembali.

"Akses pendidikan mereka ada yang zaman dulu tidak bisa melakukan atau belum sistem inklusif, jadi harapannya mereka bisa kejar paketnya," jelasnya.

(Laporan: Jihan Susmita Dewi)

Penulis :
Firdha Riris
Editor :
Firdha Riris