Pantau Flash
HOME  ⁄  Pantau Pemilu 2024

Meski Prabowo-Gibran Unggul, Perolehan Suara Partai Gerindra Tetap Stagnan

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Meski Prabowo-Gibran Unggul, Perolehan Suara Partai Gerindra Tetap Stagnan
Foto: Kegiatan Rapimnas Partai Gerindra.

Pantau - Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count dari beberapa lembaga, pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, berhasil menempati posisi teratas. 

Data dari Litbang Kompas per Kamis (15/2/2024) pukul 21.19 WIB menunjukkan bahwa dengan jumlah data masuk mencapai 98,05 persen, Prabowo-Gibran memimpin dengan perolehan suara sebesar 58,47 persen.

Namun, meskipun Prabowo-Gibran memimpin, tingginya dukungan untuk pasangan tersebut tidak sejalan dengan perolehan suara Partai Gerindra, partai yang dipimpin oleh Prabowo.

Quick count yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada pukul 21.30 WIB dengan data masuk mencapai 95,95 persen menunjukkan bahwa Gerindra hanya mendapatkan 13,54 persen suara. 

Hal ini menempatkan Gerindra di urutan ketiga pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024, di bawah PDIP dan Partai Golkar.

Mengapa Prabowo memiliki perolehan suara yang tinggi sementara Gerindra tidak lebih unggul dari PDIP dan Golkar? Peneliti dari Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko alias Totok, memberikan penjelasan terkait fenomena ini.

Menurut Totok, dalam teori politik, seseorang memilih partai politik karena alasan ideologi, kesamaan pandangan, atau alasan lainnya. 

Ia menduga, kemungkinan besar suara untuk Gerindra tidak mendominasi karena ideologi partainya sudah tidak lagi menarik bagi sebagian pemilih.

"Mungkin karena secara ideologis dia sudah enggak terlalu menarik. Artinya, bukan dalam arti tidak menarik bagaimana, tetapi pemilih partai nasionalis yang lain, dia tidak terlalu tertarik untuk pindah partai, dia lebih pada soal (pilihan) presidennya saja," ungkapnya.

Totok menambahkan, pemilih partai nasionalis cenderung lebih memilih Partai Golkar dibandingkan Gerindra. 

Hal ini, lanjutnya, tercermin dari peningkatan suara yang diperoleh oleh Partai Golkar menurut hasil quick count.

"Pindahnya suara di antara partai-partai nasionalis ini relatif menjadi lebih sulit karena faktor daya tarik sudah kurang. Bagi pemilih, tinggal daya tarik praktikal yang sifatnya rasional, ekonomis sehari-hari," tandasnya.

Penulis :
Aditya Andreas