
Pantau - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali mengalami kegagalan dalam meraih kursi di DPR RI pada Pemilu 2024.
Dalam Pemilu kali ini, PSI hanya berhasil mengumpulkan 4,2 juta suara atau 2,81 persen suara nasional.
Padahal, partai tersebut telah menghabiskan dana sebesar Rp80 miliar untuk kampanye, menjadi salah satu pengeluaran terbesar di antara partai lainnya.
Peneliti dari Charta Politika, Ardha Ranadireksa menjelaskan, kegagalan PSI tidak hanya disebabkan oleh faktor dana kampanye.
Menurutnya, partai politik juga harus memiliki infrastruktur politik yang kuat, jejaring di tingkat daerah, dan ideologi yang jelas untuk dapat berhasil masuk ke parlemen.
“Partai ini masih belum memiliki branding yang jelas dan infrastruktur partainya juga belum terbentuk secara kuat di masyarakat, terutama di tingkat daerah,” beber Ardha, Jumat (22/3/2024).
Sebagai perbandingan, Ardha menyebutkan bahwa partai-partai yang berhasil masuk ke parlemen seperti PDIP, Golkar, dan Gerindra memiliki jejaring yang kuat di daerah dan memiliki branding yang jelas.
“PDIP dikenal dengan ideologi marhaenisme, Golkar dengan sosok Soeharto, dan Gerindra dengan sosok Prabowo,” lanjutnya.
Terkait dengan pengaitan nama Jokowi dengan PSI, Ardha menilai hal ini belum memberikan dampak yang signifikan pada perolehan suara PSI.
“Jokowi masih dianggap lebih terkait dengan PDIP, dan upaya PSI untuk mengaitkan namanya dengan Jokowi hanya sebagai jalan pintas yang belum terbukti berhasil,” ujar Ardha.
Dengan demikian, Ardha menyimpulkan, PSI harus memperkuat infrastruktur partainya di daerah jika ingin berhasil masuk ke DPR.
“Mengandalkan strategi membakar dana besar serta mengaitkan nama Jokowi hanyalah jalan pintas yang belum mampu memberikan hasil yang diharapkan,” tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas