
Pantau - Pada 10 Januari 1973 mencatat sejarah penting lahirnya Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang kemudian menjelma menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Di tengah dinamika politik yang penuh tekanan di bawah rezim Orde Baru, partai ini hadir sebagai hasil fusi beberapa partai nasionalis dan progresif, termasuk Partai Nasional Indonesia (PNI) yang memiliki akar kuat pada warisan Bung Karno.
Namun, perjalanan PDI tidaklah mulus. Partai ini sempat berada di bawah bayang-bayang dominasi politik Golkar, partai penguasa pada masa Orde Baru. Baru setelah munculnya sosok Megawati Soekarnoputri, putri Bung Karno, PDI perlahan menemukan identitas dan daya juangnya, meski harus menghadapi berbagai rintangan berat dari rezim kala itu.
Megawati dan Awal Kiprah Politiknya
Megawati Soekarnoputri mulai terjun ke dunia politik pada 1987 ketika ia terpilih sebagai anggota DPR dari PDI. Di bawah bayang-bayang nama besar ayahnya, Megawati bukan hanya simbol, tetapi juga harapan bagi kalangan nasionalis yang merindukan kejayaan politik era Bung Karno.
Namun, perjalanan Megawati di PDI tidak berlangsung tanpa hambatan. Penunjukannya sebagai Ketua Umum PDI pada 1993 menghadirkan tantangan besar dari rezim Soeharto, yang melihatnya sebagai ancaman potensial terhadap stabilitas kekuasaan.
Baca Juga: Hasto Prioritaskan HUT PDIP Ketimbang Pemeriksaan sebagai Tersangka di KPK
Pemerintah saat itu mendukung kudeta politik internal dalam tubuh PDI pada 1996, menggantikan Megawati dengan Soerjadi sebagai Ketua Umum.
Langkah ini memicu kemarahan pendukung Megawati. Puncaknya terjadi pada 27 Juli 1996, yang dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli, ketika kantor DPP PDI di Jakarta diserbu oleh massa pendukung Soerjadi, diduga atas restu aparat. Peristiwa ini memperkuat posisi Megawati sebagai simbol perlawanan terhadap rezim.
Lahirnya PDIP dan Megawati sebagai Tokoh Sentral
Setelah reformasi 1998, Megawati memanfaatkan momentum kebebasan politik untuk membentuk kembali PDI menjadi PDIP, dengan tambahan kata "Perjuangan" yang mencerminkan semangat pembaruan dan konsistensi melawan otoritarianisme.
Di bawah kepemimpinan Megawati, PDIP meraih kemenangan besar dalam Pemilu 1999, menjadi partai dengan suara terbanyak.
Baca Juga: PDIP Ungkap Ketua Umum Parpol Lain Dapat Ancaman Sprindik KPK
Meskipun Megawati gagal menjadi presiden saat itu, ia akhirnya menjabat sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia pada 2001, setelah Abdurrahman Wahid dilengserkan.
Kepemimpinannya membawa PDIP ke puncak kejayaan politik nasional. Megawati memelopori konsolidasi partai dan mempertahankan identitas ideologis yang berakar pada ajaran Bung Karno, seperti gotong royong, kemandirian nasional, dan keadilan sosial.
Warisan Megawati dalam Politik Nasional
Hingga kini, PDIP tetap menjadi salah satu partai politik paling berpengaruh di Indonesia. Megawati berhasil mencetak sejarah dengan membawa PDIP menang dalam dua Pemilu berturut-turut, pada 2014 dan 2019, yang mengantarkan Joko Widodo sebagai Presiden RI.
Di usia partai yang kini memasuki setengah abad, kiprah Megawati sebagai tokoh sentral tidak diragukan lagi. Ia tidak hanya berhasil membesarkan PDIP, tetapi juga menjadikan partai ini sebagai penentu arah kebijakan politik nasional.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Khalied Malvino