
Pantau - Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Karim Suryadi, menilai wacana perombakan kabinet atau reshuffle yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan adanya kegelisahan terhadap kinerja para menterinya.
"Meskipun Presiden tidak secara terbuka menyalahkan menterinya, kegelisahan itu sangat terasa," kata Prof. Karim, Jumat (7/2/2025), dilansir dari Antara.
Ia menjelaskan bahwa kegelisahan ini muncul akibat beberapa kebijakan yang menimbulkan kegaduhan lebih besar dibandingkan manfaat nyata bagi masyarakat.
"Misalnya, polemik pemagaran laut yang tidak kunjung tuntas, penembakan warga negara Indonesia di Malaysia, hingga sulitnya masyarakat mendapatkan gas melon karena harus berebut di pangkalan," ujarnya.
Menurutnya, reshuffle menjadi langkah penting bagi Presiden untuk memastikan kinerja kabinet tetap optimal dan menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintahannya.
Baca Juga:
Buka Suara soal Isu Reshuffle, Istana: Kewenangan Presiden
"Kepercayaan rakyat harus dirawat. Jika harapan masyarakat tidak segera diwujudkan atau janji kampanye tidak direalisasikan, maka kepercayaan itu akan cepat memudar," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tidak akan ragu mengganti menteri yang dinilai tidak bekerja dengan baik.
"Rakyat menginginkan pemerintahan yang bersih dan bekerja dengan benar. Jadi, saya akan menegakkan itu. Jika ada yang tidak benar-benar bekerja untuk rakyat, saya akan singkirkan," ujar Prabowo saat menghadiri Harlah Ke-102 NU di Jakarta, Rabu (5/2).
Meski demikian, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi membantah bahwa reshuffle akan segera dilakukan.
"Hah? Reshuffle apa? Enggak ada reshuffle, belum," ujarnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (6/2).
Sejumlah pihak menilai bahwa dinamika politik dalam pemerintahan Prabowo akan terus berkembang seiring dengan evaluasi terhadap kinerja kabinetnya.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah