
Pantau - Pemerintah di dua wilayah Rusia memblokir aplikasi pesan instan Telegram dengan alasan keamanan. Menurut Menteri Pengembangan Digital Dagestan, Yuri Gamzatov, keputusan ini diambil karena aplikasi tersebut sering digunakan oleh pihak yang dianggap musuh. Pernyataan tersebut dikutip oleh kantor berita TASS pada Sabtu (9/3).
Wilayah yang terdampak adalah Dagestan dan Chechnya, dua daerah mayoritas Muslim di Rusia selatan yang mengalami peningkatan aktivitas kelompok militan Islam. Gamzatov menyinggung kerusuhan di Bandara Makhachkala pada Oktober 2023 sebagai contoh penggunaan Telegram dalam menyebarkan provokasi. Saat itu, ratusan orang menyerbu bandara untuk menyerang penumpang yang tiba dari Israel. Meskipun tidak ada korban di antara penumpang, beberapa individu telah dituntut atas insiden tersebut.
Telegram menjadi sorotan setelah kabar kedatangan pesawat dari Israel tersebar melalui kanal lokal di platform tersebut. Beberapa pengguna diketahui menyerukan aksi kekerasan antisemit. Telegram mengutuk kejadian itu dan berjanji akan memblokir kanal yang terlibat. Hingga saat ini, pihak Telegram belum memberikan tanggapan terkait pemblokiran di Rusia.
Aplikasi yang didirikan oleh Pavel Durov di Dubai ini memiliki hampir 1 miliar pengguna dan populer di Rusia, Ukraina, serta negara-negara eks-Uni Soviet. Pemerintah Moskow pernah mencoba memblokir Telegram pada 2018, tetapi gagal. Sebelumnya, Rusia juga meminta akses data pengguna, namun ditolak oleh pengelola aplikasi.
Selain itu, Durov saat ini tengah diselidiki di Prancis atas dugaan keterlibatan Telegram dalam kejahatan terorganisir. Gamzatov menyebutkan bahwa pemblokiran Telegram bisa saja dicabut di masa mendatang, tetapi untuk sementara waktu, ia menyarankan masyarakat beralih ke aplikasi pesan lain.
Baca juga: Untung dan Rugi Menggunakan Aplikasi Telegram untuk Komunikasi
Baca juga: Cara Backup Data Telegram dari Desktop
- Penulis :
- Latisha Asharani