
Pantau.com - Mantan Sekretaris Umum Forum Pembela Islam (FPI), Munarman, ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. Penangkapan Munarman berlangsung di Perumahan Modern Hills, Cinangka, Pamulang, Tangerang Selatan, pada Selasa (24/4/2021) pukul 15.00 WIB.
Menurut keterangan Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono, penangkapan Munarman diduga karena mantan petinggi FPI itu terlibat dalam aksi pembaitan di UIN Jakarta dan juga Makassar, Sulawesi Selatan. Munarman diduga menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme, membuat kesepakatan jahat untuk melakukan aksi terorisme, dan menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Eks Sekum FPI Munarman Diduga Terkait Terorisme
Profil Munarman
Munarman merupakan anak ke keenam dari 11 bersaudara yang lahir dan besar di Palembang. Ia merupakan anak dari pasangan seorang pensiunan guru sekolah Ra, H. Hamid. Munarman dan Ny Nurjanah.
Munarman menikah dengan Ana Noviana pada tahun 1996 dan menetap di Palembang
Dari pernikahannya dengan Ana, Munarman dikaruniai tiga anak, yaitu Rio Mohammad Alfarez, Rinaldo Mohammad Montazeri, dan anak ketiganya lahir pada bulan September 2008.
Munarman dan keluarganya hidup terpisah hingga kepindahannya ke Jakarta pada tahun 2000, tetapi setelah anak-anaknya mulai masuk TK, keluarga Munarman ikut pindah ke Jakarta.
Perjalanan Karier
Munarman, SH. adalah juru bicara FPI, advokat, mantan aktivis HAM, mantan ketua umum YLBHI, dan kemudian beralih menjadi Panglima Komando Laskar Islam, kelompok paramiliter FPI.
Di awal kariernya, Munarman bergabung dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di Palembang sebagai sukarelawan pada tahun 1995, kemudian pada tahun 1997 ia dipromosikan sebagai Kepala Operasional organisasi yang sama.
Kemudian ia beralih menjadi Koordinator Kontras Aceh pada tahun 1999-2000 dan tinggal disana. Karier ini berlanjut hingga ia menduduki posisi Koordinator Badan Pekerja Kontras dimana ia kemudian berelokasi ke Jakarta dari Aceh.
Munarman terpilih sebagai Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada bulan September 2002, setelah YLBHI mengalami kekosongan kepemimpinan selama sembilan bulan. Ia dilantik pada bulan Oktober 2002 dan berjanji akan menyatukan anggota-anggota yayasan sebagai langkah pertamanya.
Munarman memiliki minat pada gerakan Islam sejak ia menjadi anggota Tim Pengacara Abu Bakar Ba'asyir pada tahun 2002. Setelah tidak mendampingi Ba'asyir, Munarman mulai dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dari HTI, Munarman mulai mengenal sejumlah tokoh, termasuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. Dia lantas mendirikan An Nashr Institute.
- Penulis :
- Finda Rhosyana