
Pantau.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memfokuskan beberapa wilayah pencarian korban salah satunya di Perumahan Balaroa yang mengalami fenomena Liquefaction atau ditelan lumpur.
"Perumahan Balaroa yang amblas karena efek liquefaction saat terjadi gempa, jadi gembur tanahnya kemudian terjadi amblas," ujar Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, saat jumpa pers di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Minggu (30/9/2018).
Baca juga: Pantau Video: Geger Penampakan Lumpur Isap Pohon Pascagempa Palu
Pihaknya mencatat fenomena ini bukan hanya terjadi di area perumahan tersebut. Namun juga di beberapa wilayah di Palu Selatan.
"Kita temukan di beberapa tempat seperti di Kabupaten Sigi, Jalan Dewi Sartika Palu Selatan Kecamatan Petobo, (Kecamatan) Sigi Biromaru, Kecamatan Sidera (Kabupaten Sigi)," ungkapnya.
Ia menjelaskan, fenomena tersebut terjadi akibat guncangan keras di bawah tanah. Sehingga lumpur menekan tanah bagian atasnya dan membuat tanah menjadi lembek.
Baca juga: 71 WNA Berada di Palu Saat Gempa dan Tsunami, 5 Hilang
"Di beberapa tempat muncul liquefaction, yaitu lumpur yang keluar dari bawah tanah, biasanya terjadi saat terjadi gempa dengan guncangan yang sangat keras, sehingga tanah menjadi berbentuk lumpur dan sebagainya yang menyebabkan bangunan rubuh hanyut dan sebagainya. Fenomena liquefaction. Itu adalah fenomena alam," ungkapnya.
Berbeda dengan longsor, Sutopo mengatakan jika fenomena ini disebabkan lumpur yang keluar dari bawah tangan sementara longsor disebabkan oleh kondisi dataran tinggi yang miring dan menimpa apapun yang berada di bawahnya.
"Jadi di Sulteng ada lukuisfaksi ada longsor kami masih melakukan pengecekan," pungkasnya.
- Penulis :
- Adryan N








