
Pantau.com - Penduduk Rotorua Selandia Baru Susan Gedye terbangun pukul 02.00 pagi oleh getaran yang diyakini berasal dari gempa bumi. Tapi ternyata, hal itu berasal dari geyser lumpur besar yang menghantam kebunnya.
Rotorua dikenal sebagai hotspot wisata karena alasan keindahan. Wilayah tersebut adalah rumah bagi kolam lumpur panas bumi dengan bau belerang.
Gedye mengatakan ketika fajar menyingsing pada hari Rabu, geyser lumpur semakin besar. "Spektakuler tetapi menakutkan," katanya, dikutip dari The Guardian, Jumat (28/6/2019),
Baca juga: Selandia Baru Resmi Larang Senjata Api Gaya Militer Pasca Teror
Diduga, aktivitas gunung berapi menghasilkan kawah besar di halaman depannya dengan kolam panas yang melemparkan lumpur mendidih 10m ke udara. Pihak berwenang juga menemukan lubang pembuangan di bawah dapur Gedye.
"Ini semacam masalah waktu sebelum itu mungkin akan berakhir di bank," kata Gedye.
Brad Scott, seorang ahli vulkanologi di lembaga penelitian nasional GNS, mengatakan kepada media di situs tersebut pada hari Jumat bahwa ia telah melihat orang melemparkan batu ke kolam lumpur. "Itu sifat manusia, kamu memasang pagar dan orang-orang akan memanjatnya untuk melihatnya.
"Ini adalah salah satu hal yang kami perhatikan selama bertahun-tahun dengan fitur panas bumi, jika ada batu cadangan di sekitar seseorang yang akan mengambilnya dan membuangnya," katanya.
Baca juga: Pengadilan Australia Menangkan Seorang Pedonor Sperma, Kenapa?
Sementara itu, seorang inspektur panas bumi untuk dewan lokal Peter Brownbridge mengatakan, kolam itu dihasilkan oleh panas yang keluar melalui garis patahan yang melintasi bawah kota.
Gedye mengatakan bahwa uap telah meletus dari bank yang sama sekitar empat kali selama 20 tahun terakhir. "Tapi itu hanya uap yang akan keluar dari bank dan itu akan berlangsung selama beberapa hari atau minggu atau sesuatu dan kemudian berhenti.
"Itu masalahnya, itu bisa berhenti dalam satu menit, besok atau itu bisa berlangsung dua minggu, tapi semakin lama semakin buruk kerusakan yang didapat. Rumah tidak akan bisa ditinggali lagi."
- Penulis :
- Widji Ananta