
Pantau.com - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih belum mereda. Belum lama ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menaikkan tarif pada barang-barang China senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen. Tak kurang dari dari 5.700 kategori produk terkena dampak tarif terbaru ini.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda mengatakan hal tersebut dapat menjadi peluang untuk memasukkan produk-produk Indonesia.
"Kita akan berusaha semaksimal mungkin melalui celah apapun untuk meingkatkan ekspor. apapun yang kita lakukan, kita dorong ekspor," katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019).
Baca juga: Disambangi Perwakilan Bank Dunia, Jokowi Diminta Waspada Perang Dagang
"Kalau ada perang dagang China-AS, kita melihat itu sebagai peluang bagi kita. kalau produk China engga bisa masuk AS karena tarif tinggi, kita bisa engga mengisi pasar itu? atau sebaliknya," imbuhnya.
Arlinda mengatakan, untuk produk-produk AS yang dihambat masuk China, Indonesia harus bisa masuk memenuhi pasar China. Namun kata dia, perlu kehati-hatian jangan sampai justru produk China yang dihambat justru masuk ke pasar RI.
"Harus hati-hati, produk China yang dihambat jangan sampai masuk ke kita. Ini yang kita waspadai sehingga yang tadi saya katakan kualitas produk sangat menentukan," paparnya.
Baca juga: Trump Jangan Senang Dulu, IMF Sebutkan Dampak Perang Dagang Buat AS
Pasalnya kata dia, ada produk-produk asal China yang sama dengan produk asal Indonesia namun kualitasnya bisa jauh lebih bagus. Sehingga kata dia, perlu nilai tambah termasuk dari segi desain produk.
"Kita mungkin produk sama, kualitasnya lebih bagus, didampingi desainer, itu bisa berikan nilai tambah cukup baik," katanya.
Untuk produk asal China yang bisa bersaing dengan Indonesia misalnya handy craft, furniture hingga Tekstil dan Produksi Tekstil. Sementara AS kata dia bisa didorong untuk produk garmen, tekstil, olahan kedelai hingga gandum.
"Kalau dengan AS, kita impor cotton dengan mereka. Kita bisa dealing, (AS) beli cotton, tapi harus beli hasil produk cotton yang kita olah misalkan garmen, tekstil. itu strategi yg kita lakukan untuk meningkatkan eskpor ke AS," terangnya.
Pihaknya menargetkan peningkatan ekspor dapat mencapai 7,5 persen.
"Pokoknya target 7,5 persen jadi patokan untuk semua commodity," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni