HOME  ⁄  Internasional

Di Tengah Ketegangan Timur Tengah, Iran-Turki Umbar Kemesraan

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Di Tengah Ketegangan Timur Tengah, Iran-Turki Umbar Kemesraan

Pantau.com - Hubungan antara AS dan Iran masih terus diselimuti ketegangan. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa sanksi terhadap Iran akan segera ditambah berat. Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan siap untuk melakukan pembicaraan ketika AS jika sudah berpikir dengan logika.

Duta Besar Iran untuk Turki Mohammad Farazmand pun angkat bicara. Dikutip dari Sputnik, Rabu (17/7/2019). Ia bercerita soal sanksi anti-Iran bagi AS, pengaruhnya terhadap hubungan Turki-Iran, serta prospek untuk pengembangan proses negosiasi Astana di Suriah.

Berbicara tentang posisi Turki mengenai sanksi anti-Iran AS, ia  menunjukkan bahwa Turki, sebagai negara yang ramah dan merdeka, telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak menerima sanksi yang tidak adil terhadap Iran dan tidak ingin menjadi bagian mekanisme sanksi terhadap negara sahabat.

Baca juga: Pengakuan Anggota Parlemen Kashmir Soal Sifat Rakyat Turki

"Sanksi ilegal yang diberlakukan oleh Amerika Serikat setelah penarikan dari perjanjian nuklir mempengaruhi tidak hanya rakyat Iran tetapi juga semua negara dan negara-negara independen yang ingin memiliki hubungan komersial normal dengan Iran. Turki, yang menerima sebagian besar energinya kebutuhan dari Iran, secara langsung dipengaruhi oleh sanksi ini. Namun, kami melihat bahwa Ankara melakukan segala upaya untuk menyingkirkan sanksi ilegal ini pada perdagangan energi dengan Iran," katanya. 

Mohammad Farazmand juga menunjukkan bahwa selama bulan Juni, selama kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu ke Iran, para pihak menandatangani sebuah memorandum yang menyatakan bahwa kerja sama Iran-Turki akan terus berkembang tanpa dipengaruhi oleh negara ketiga.

"Kunjungan Cavusoglu ke Isfahan merupakan kelanjutan dari kunjungan diplomatik dan kontak antara kedua negara. Selama kunjungan tersebut, para pihak menandatangani nota kesepahaman, juga rencana untuk memastikan kontak dan kerja sama antara menteri luar negeri kedua negara. dokumen mengatur program kerja sama antara Iran dan Turki untuk dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan rencana yang ditentukan, tanpa pengaruh dari negara ketiga," paparnya. 

Farazmand menekankan bahwa pada tahun 2017, Iran menyumbang 44 persen dari impor minyak Turki, dengan rata-rata 1 juta [ton] diimpor setiap bulan.

"Iran dan Turki terus melindungi kepentingan rakyat kedua negara serta meminimalkan kerugian dari sanksi. Tentu saja, sektor swasta, terutama dalam industri energi dan perbankan, dipaksa untuk sangat berhati-hati menghadapi Amerika. Namun, penting bahwa, sembari melindungi kepentingan warga negara, negara berusaha memastikan bahwa sektor swasta menderita kerusakan minimal, tidak ingin menjadi pelaksana buta dari sanksi sepihak [dipaksakan] oleh para pemain global," terang Farazmand.

Baca juga: Setelah AS, Kini Giliran Inggris yang Diajak Perang oleh Iran

Ketika ditanya apa yang diharapkan Iran dari Turki sebagai mitra dalam proses negosiasi Astana, Farazmand mengatakan bahwa Iran, Turki dan Rusia, yang menjadi mitra dalam proses negosiasi Astana, yang telah mencapai keberhasilan signifikan dalam mengurangi ketegangan di berbagai bagian Suriah.

Astana adalah contoh sukses pendekatan multilateral untuk menyelesaikan masalah di wilayah krisis. Tiga negara terus bekerja sama untuk mengakhiri konflik di Suriah serta memulai proses politik penyelesaian krisis.Puncak Astana trilateral berikutnya akan diadakan di Istanbul.

"Kami memiliki hubungan politik, ekonomi, sosial dan budaya yang erat dengan Turki. Hubungan ini memiliki dukungan kuat tidak hanya di tingkat resmi tetapi juga di tingkat publik dan sosial. Kami tidak melihat kendala untuk pengembangan hubungan bilateral di semua bidang," pungkasnya. 

rn
Penulis :
Widji Ananta