Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Fakta Eks KSAL Slamet Soebijanto, Dibenci AS hingga Lengser di Tangan SBY

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Fakta Eks KSAL Slamet Soebijanto, Dibenci AS hingga Lengser di Tangan SBY

Pantau.com - Nama mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto mendadak hadir kembali lantaran diduga sebagai mentor demo mahasiswa di Markas Besar TNI Cilangkap.

Para mahasiswa itu menyebutkan dirinya tergabung di dalam perkumpulan Majelis Kebangsaan Panji (Pancasila Jiwa) Nusantara (MKPN) yang dimentori oleh mantan KSAL Laksamana Slamet Soebijanto.

Lalu siapa sebenarnya Slamet Soebijanto itu?

Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto lahir di Mojokerto, Jawa Timur, 4 Juni 1951, 68 tahun. Ia adalah Kepala Staf TNI Angkatan Laut dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007.

Slamet Soebijanto lulus dari pendidikan militer AAL-19 (1973). Kemudian ia menempuh pendidikan Alut Baru/Ops. School, Belanda (1980), Operational Art. Yugoslavia (1990) dan KRA-33 Lemhannas (2000 - 2001)

Ia pernah ditugaskan antara lain, sebagai Kasie Navi KRI Thamrin (1974), Kadep Navop KRI Rakata (1980), Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991), Waasrenum TNI (2000). Jabatan terakhirnya sebelum menjabat sebagai KSAL adalah sebagai Wagub Lemhannas (2003).

Baca juga: Eks KSAL Slamet Soebijanto Dipanggil ke POMAL Berkaitan Demo Mahasiswa

Tanda Jasa yang pernah diterimanya antara lain: Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Jalasena Nararya, dan Satyalancana Kesetiaan XXIV.

Ia juga mengabadikan Makassar untuk Nama Kapal Perang TNI AL Makassar. Kapal dengan Komandan Letkol Laut (P) Taat Siswo Sunarto itu merapat di dermaga Hatta pelabuhan Makassar dan juga meresmikan KRI Diponegoro-365 yang diluncurkan pada 3 Juli 2007 di Vlissingen, Belanda. Kapal ini merupakan satu dari empat korvet pesanan TNI yang semuanya dibuat oleh Schelde Naval Shipbuilding (SNS) yang akan dipakai oleh TNI AL untuk berpatroli di perairan Indonesia. 

Slamet juga dianggap sebagao sosok yang dingin terkait hubungan dengan Amerika Serikat. Ia menegaskan jika AS bukan mitra yang baik bagi pengembangan alat perang bagi TNI AL. Dan benar saja, AS begitu tidak suka dengan Slamet. Dari data milik WikiLeaks yang bocor, Slamet dicap sebagai batu karang yang menahan hegemoni AS di Indonesia kala itu. Puncaknya AS pun melepas sanksi embargo hingga tahun 2005.

Sebuah telegram tertanda 14 Juni 2007, menunjukkan pertemuan antara Menlu AS dengan sejumlah pejabat keamanan negara di Jakarta, termasuk Slamet. Dalam telegram itu, Slamet mengungkapkan ia sangat tidak senang dengan ulah AS di perairan Indonesia. 

Baca juga: Ananda Badudu Akhirnya Dibebaskan

Kemudian, tepatnya 12 Oktober, sebuah telegram kemabli muncul dengan persoalan baru. Ahli hukum laut yang juga menjadi penasihat Slamet, Hasyim Djalal berbicara. Ayah dari Dino Patti Djalal itu mengatakan, Slamet menolak rencana pemasangan 8 radar AS di perairan Sulawesi. Setelahnya, serangan terhadap Slamet semakin deras. AS dengan terang-terangan mengatakan jika sinergi dengan TNI AL sangat terkendala dengan sikap Slamet.

Terakhir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik Laksamana Madya TNI Sumardjono menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) menggantikan Laksamana TNI Slamet Soebijanto, di Istana Negara, Rabu (7/11/2007). Pergantian Kasal ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor:43/TNI/2007 tanggal 31 Oktober 2007.

Dua tahun setelah tidak menjabat sebagai KSAL, AS kembali mengirimkan telegram pada 21 April 2009. “Dalam dua tahun terakhir, kepemimpinan TNI AL jauh lebih terbuka. Mereka lebih mau mendengar dan mendiskusikan persoalan-persoalan kompleks."

Penulis :
Widji Ananta