
Pantau.com - Pemerintah Amerika Serikat telah menaikkan tarif bea masuk untuk produk almunium dan baja. China yang merupakan produsen baja terbesar di dunia berpeluang menaikkan cukai untuk produk-produk AS yang dijual di China.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rodrigo A. Chaves mengatakan, bagi Indonesia dampaknya dinilai tidak akan terasa secara langsung. Meski begitu ia menilai harus tetap menjaga stabilitas ekonomi.
"Terlalu cepat menyimpulkan terkait perang dagang ini. Tapi resikonya tetap akan berlaku. Merupakan hal yang pentung menjaga hal ini ," ujarnya saat ditemui di Gedung Energy Jakarta, Selasa (27/3/2018).
"Dalam benerapa kasus, tidak akan signifikan mengingat Indonesia digerakkan ekonomi dalam negeri," tambahnya.
Baca juga: Perbaiki Ekonomi, Indonesia Disarankan Gunakan 'Kebijakan Sambal'
Sementara Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara menambahkan, pihaknya terus masih memperhatikan perkembangan-perkembangan di pasar keuangan.
"Kita sangat memperhatikan apa yang terjadi di pasar internasional, pasar keuangan, potensi perang dagang ini, bagaimana kebijakan Amerika, apa yang akan dilakukan pada China. Kemudian China memberikan respon seperti apa dan respon itu memiliki impact apa pada Indonesia," katanya.
Ia menilai dampak secara langsung akan dirasakan oleh Indonesia saat adanya respon kebijakan-kebijakan yang diambil baik oleh Amerika atau China saat menanggapi kebijakan satu sama lain.
"Yang harus kita perhatikan adalah pengaruh dari kebijakan Amerika melalui responnya China punya impact pada Indonesia, itu yang harus kita waspadai. Karena China itu pasar trade maintrading partners kita cukup banyak mengekspor kesana, jadi itu kita perhatikan betul-betul yang seperti ini tidak bisa dilihat pada satu hal," pungkasnya.
Baca juga: Rupiah Rasakan Imbas Meredanya Perang Dagang AS-China
- Penulis :
- Widji Ananta