
Pantau.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.731 dibanding posisi sebelumnya Rp13.733 per dolar AS, Selasa (27/3/2018).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, Amerika Serikat dan China yang memulai negosiasi perdagangan membantu meredakan kekhawatiran tentang perang perdagangan. Kondisi itu memicu adanya permintaan untuk aset mata uang berisiko, seperti rupiah.
"Meredanya kekhawatiran perang dagang cukup mendorong selera investor untuk aset mata uang berisiko," katanya.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Masuk Kategori Parah, Pengamat: Risiko Gagal Bayar Swasta Bakal Naik
Ia menambahkan bahwa harga komoditas yang menguat juga turut menjadi katalis positif bagi mata uang berbasis komoditas. Sehingga,pergerakan rupiah terhadap dolar AS relatif stabil.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI Crude menguat 0,35 persen menjadi 65,78 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude naik 0,47 persen ke posisi 70,45 dolar AS per barel.
Baca juga: Rupiah Masuk Daftar Mata Uang Melemah Terparah Ketiga di Dunia
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menjelaskan, pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS cenderung mengikuti pola gerak teknikal sehingga bergerak dalam kisaran sempit.
"Di tengah sentimen global yang minim kepastian, pola teknikal mendominasi arah mata uang," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (27/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.708 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.776 per dolar AS.
- Penulis :
- Widji Ananta