
Pantau.com - Rupiah masuk daftar mata uang yang mengalami pelemah terparah ketiga di dunia sejak awal tahun 2018. Berdasarkan data Reuters, mata uang Indonesia terdepresiasi mencapai 1,3% menjadi peringkat ketiga setelah Rupee (India) 1,9% dan dolar Australia 1,4%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, jika kondisi rupiah terus melemah akan membuat resiko gagal bayar swasta mengalami kenaikan.
"Bisa membuat risiko gagal bayar swasta naik. Utang Luar Negeri swasta terus membengkak karena selisih kurs. Masalahnya tidak semua utang swasta di-hedging atau lindung nilai," ujarnya saat dihubungi Pantau.com, Selasa (27/3/2018).
Baca juga: Rupiah Masuk Daftar Mata Uang Melemah Terparah Ketiga di Dunia
Ia melanjutkan, swasta juga menanggung kenaikan biaya produksi akibat kandungan bahan baku impornya tinggi akibat pelemahan rupiah.
"Industri tekstil, pakaian jadi, farmasi dan kimia komponen impornya sangat tinggi. Karena kurs jatuh sementara mereka btuh bahan baku, otomatis biaya naik tapi permintaan kurang," katanya.
Baca juga: Penjelasan Lengkap Sri Mulyani Soal Utang Indonesia
Dampak terburuk, papar Bhima, akan banyak industri yang terancam bangkrut dan menimbulkan krisis ekonomi, "Akan banyak industri yang terancam bangkrut. Kalau dibiarkan efeknya bisa terjadi krisis ekonomi skala besar," tandasnya.
Seperti diketahui nilai Rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun-- sempat menyentuh Rp13.800 per dolar AS dan posisi terkuatnya senilai Rp13.265 per dolar AS. Secara rata-rata nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.565 per dolar AS.
- Penulis :
- Widji Ananta