
Pantau.com - Kelompok pemberontak, Tentara Arakan, membunuh sembilan personel Kepolisian Myanmar dalam serangan terbaru di Negara Bagian Rakhine, di bagian barat negara itu, pada Minggu (10 Maret 2019) waktu setempat.
Sementara itu bentrokan-bentrokan baru mengancam berkecamuk di sebagian besar kawasan yang bermasalah tersebut.
Warga desa mendengar suara tembakan-tembakan sementara para petempur dari kelompok bersenjata itu, yang merekrut orang-orang dari kelompok suku Rakhine yang mayoritas pemeluk Budha, menyerang sebuah pos polisi di desa Yoe Ta Yoke Sabtu malam.
Baca juga: Dakwaan Pembunuhan Kim Jong-Nam Dicabut, Siti Aisyah Bebas Vonis Mati
Administratur desa itu San Aung Thein membenarkan sembilan personel polisi dibunuh Tentara Arakan di sana, tetapi mengatakan ia tak mempunyai informasi rincian mengenai serangan tersebut.
Para perwira kepolisian yang dihubungi Reuters tak dapat memberi komentar.
Tentara Arakan yang memberontak membunuh 13 personel kepolisian dalam satu serangan yang sama di utara negara bagian itu pada Januari dan sering terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan Myanmar sejak Desember lalu.
Baca juga: Terlibat Jaringan Teroris, 6 Warga Mesir Dideportasi dari Malaysia
Para pemimpin Myanmar berjanji akan menumpas para pemberontak itu, yang berjuang untuk memperoleh otonomi bagi Rakhine, tapi bentrokan-bentrokan telah menyebar ke kawasan-kawasan baru. Bentrokan-bentrokan itu menyebabkan lebih 5.000 orang terlantar. Pihak berwenang telah menyatakan bagian-bagian utara di Rakhine terlarang bagi sebagian besar lembaga bantuan.
Pada 2017, serangan-serangan terhadap pos-pos keamanan oleh pemberontak dari minoritas Muslim Rohingya menyulut tindakan keras oleh militer di bagian utara negara bagian itu. Lembaga-lembaga PBB mengatakan lebih dari 730.000 orang melarikan diri ke Bangladesh dan ditampung di kamp-kamp di distrik Cox's Bazar.
Serangan Sabtu malam terjadi sekitar 50 km sebelah utara Sittwe, ibu kota Rakhine, di sepanjang jalan utama yang menghubungkan kota itu dengan wilayah-wilayah lain di Myanmar.
- Penulis :
- Widji Ananta