
Pantau.com - Kreatifitas memang tidak mengenal usia, seperti Don Gunarto pria berusia 52 tahun yang berhasil menjadikan triplek bekas tak terpakai menjadi produk karya yang luar biasa dengan harga fantastis.
'TridolBag', brand tas berbahan triplek milik Don Gunarto berhasil laku di pasaran dengan harga termurah Rp750 ribu hingga Rp15 juta, karena desainnya yang unik dan dalam karyanya tidak ada satupun yang berbentuk sama persis.
Nama brand diambil dari singkatan Triplek Brodol, berodol dalam Bahasa Jawa diartikan sebagai bekas yang telah mengelotok diatap-atap rumah, namun bertahan hingga puluhan tahun tidak rapuh oleh tempaan alam, Gunarto menyebutnya sebagai bahan yang terseleksi oleh alam.
"Menurut saya hitungan secara teknis ini kualitasnya sangat bagus, karena terseleksi alam, seandainya bisa lapuk rayap doyan saya sudah nggak kebagian, dengan saya masih bisa mendapatkan ini otomatis hama itu sudah tidak doyan," ujar Gunarto ditemui saat memamerkan produknya di Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) beberapa hari lalu.
Baca juga: Bukan ke OJK, Kamu Harus Lapor ke BI Jika Saldo Gopay dan OVO Lenyap
"Karena dia sudah terpanggang puluhan tahun di atas, bukankah itu diseleksi oleh alam, dan alam paling fair dalam memberikan yang terbaik sudah pasti bagus," lanjutnya.
Uniknya dalam setiap bentuk tas yang berbeda, Gunarto tidak memerlukan waktu lama untuk mendesain, ia hanya mengikuti bentukkan triplek yang diterima, tanpa mau ia potong atau dibentuk menjadi lebih rumit, mengingat setiap bentuk triplek yang diterimanya jarang dalam utuh sempurna.
Belum lagi bahan baku didapatkan pria asal Salatiga itu dengan mudah, bahkan seringsekali datang karena harganya yang murah, dimana kebanyakan orang bingung membuang sampah-sampah triplek usai renovasi rumah atau prabot yang tidak terpakai. Seringkali Gunarto mendapatkannya dengan cuma-cuma.
"Triplek terutama plafon atau mabel apapunlah, rusaknya triplek kan kelupas ya, nah bahan bakunya itu. Dan bahan baku triplek brodol itu adalah sampah perkotaan, jadi di kota sangat berlimpah dan belum terolah," ungkapnya.
'TridolBag', brand tas berbahan triplek milik Don Gunarto (Foto: Pantau.com/Dini Afrianti)
Ide kreatif ini ditemukan Gunarto secara tidak sengaja, 30 tahun lalu saat ingin memberikan hadiah kepada istrinya sesuatu yang beda dari biasanya. Dibuatlah tas berbahan triplek ini dengan beragam desain yang dipakai sang istri Liliek Mintarti untuk menghadiri berbagai pertemuan, dan tas dari suaminya selalu dipakai silih berganti dengan desain yang berbeda.
Baca juga: Upst! Bappenas Sebut SMK Nganggur Adalah Logika Terbalik di Indonesia
"Nah, dalam perjalanan waktu setelah istri pensiun dia akhirnya mengajak pernacang terkenal Watimena untuk ikut kesempatan pertama pameran, pertama kali ikut kita langsung dapat award Ina Craft, dimana ada award kita pasti dapat," tuturnya.
Setelah perjalanannya diberbagai acara pameran, Tridolbag akhirnya banyak diminati para perempun istri pejabat atau pengusaha dari kelas menengah ke atas. Hingga menarik beberapa pembeli asing untuk meminta produksi lebih banyak dengan beberapa desain yang sama, namun ditolak cuma-cuma.
"Saya otomatis akan kena deadline, kalau saya nanti hidup saya jadi terkungkung hanya gara-gara kontrak, apakah hidup itu happy, tidakkan, nanti kekurangan waktu untuk istri kekurangan waktu untuk anak, hanya karena saya mengerut dahi, saya tidak tertarik dan tidak saya teruskan," katanya menggebu-gebu.
Alih-alih menjadikan usahanya besar layakan pabrikan, Gunarto lebih memilih untuk percaya makna bisnis besar menurut kacamatanya yang tidak harus dengan produksi besar-besaran, namun lebih pada keeksklusifan, kualitas serta stoknya terbatas di pasaran.
Baca juga: Butuh 10 Tahun Perusahaan Teknologi Salip Usaha Minyak Dunia
"Soalnya selama ini kaum pembeli ibu (istrinya) ini sudah kaum sosialita seperti ibu Chairul Tanjung, ibu kepala staf angkatan darat atau beberapa ibu menteri, kan itu saya harus jamin benda yang dibeli dia itu tidak banyak dikeluarkan. Saat nanti dia makai terus ketemu kembarannya tentu akan sangat mengecewakan," imbuhnya.
Meski belum disebut ekspor resmi, produk Tridolbag sudah menjamah benua Amerika dan Eropa, walau pembeliannya masih sebatas perorangan yang memesan beberapa buah setiap bulannya. Sekali diproduksi tas ini akan bertahan selama puluhan tahun dan tidak mudah rusak.
Selama sebulan dengan bantuan dua orang karyawan, Gunarto berhasil menjual rata-rata 10 buah tas per bulan, dengan kisaran produksi satu karyawan untuk kategori tas biasa memproduksi dua buah tas per minggu. Untuk koleksi lengkapnya Tridolbag memiliki toko offlinenya berada di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dan penjualan secara online dijual melalui instagram @tridolbag.
- Penulis :
- Nani Suherni