
Pantau.com - Pernyataan Presiden Joko Widodo yang berinisiatif mengundang maskapai asing untuk beroperasi di sektor penerbangan Indonesia guna menurunkan harga tiket pesawat domestik yang melambung tinggi, ditengarai tidak akan efektif.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan polemik mahalnya harga tiket pesawat domestik baru-baru ini, sebenarnya karena maskapai penerbangan nasional terlalu lama menggunakan tarif batas bawah atau perang tarif demi menggaet jumlah penumpang yang banyak. Namun langkah tersebut ternyata membuat maskapai itu merugi karena modal yang terus tergerus, sehingga maskapai tersebut kembali menggunakan tarif batas atas mereka.
"Enggak efektif, buktinya yang gak bisa menurunkan harga itu bukan asing atau tidak asing, karena operasional penerbangan itu mahal. Kenapa dulu murah, karena maskapainya seperti Air Asia dulu ya mungkin pakai tarif batas bawah. Lama-lama dia engak kuat juga," ungkap Djoko.
Baca juga: Saat Sri Mulyani Dibuat Pusing Google hingga Netflix
Oleh karena itu ia menilai kalau pun mengundang maskapai asing bukan jaminan bahwa nantinya harga tiket pesawat domestik akan turun. Menurutnya pemerintah sebaiknya memperbaiki sarana transportasi lainnya agar masyarakat tetap bisa berpergian, tidak bertumpu banyak pada transportasi udara, dan lingkup pariwisata pun bisa tetap hidup.
54 persen Pesawat untuk Tujuan Komersil
Untuk dunia penerbangan, ia mengutip data Kementerian Perhubungan bahwa 54 persen penggunaan pesawat udara adalah untuk tujuan komersil, 42 persen tujuan dinas, 12 persen tujuan bisnis, 32 persen untuk kepentingan keluarga dan 10 persen untuk wisata; sehingga mayoritas masyarakat tidak menggunakan kocek mereka sendiri untuk naik pesawat.
Demi mendorong terbentuknya maskapai penerbangan yang ‘sehat’ maka sedianya memang menggunakan tarif normal saja.
Baca juga: Diam-diam Sri Mulyani Tantang Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, Soal Apa?
Menanggapi hal ini Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan mengatakan, ketimbang mengundang maskapai asing untuk dapat beroperasi di tanah air, ia menyarankan pemerintah, sebagai regulator dapat membantu maskapai penerbangan domestik dengan memberikan insentif dan keringanan; antara lain keringanan biaya pajak, biaya kebandaraan dan lain-lain. Insentif dan keringanan ini dapat menciptakan harga yang kompetitif kepada masyarakat dan tidak membuat maskapai merugi karena dunia penerbangan memang memiliki biaya operasional yang mahal.
"Jujur saja, bahwa sekarang ini memang maskapai harus berusaha keras untuk survive supaya bisa tetap terbang. Pertama, memang untuk menjamin transportasi udara nasional, dan sekaligus bertahan karena sebelumnya semua maskapai di Indonesia juga rugi kan? Waktu perang harga itu semuanya rugi. Nah sekarang sudah gak sanggup lagi rugi karena itu akan menggerus modal, harus bertahan hidup," jelas Rosan seperti dilansir VOA.
Ia mengatakan bahwa dari dulu hingga sekarang harga tiket pesawat Garuda hampir tidak ada kenaikan. Diakuinya bahwa Gardua Indonesia memang menggunakan tarif batas atas dan harganya juga cukup kompetitif untuk jenis maskapai premium.
rn- Penulis :
- Nani Suherni