
Pantau.com - Mantan Presiden Mesir Mohammed Mursi menghembuskan nafas terakhirnya di usia 67 tahun usai pingsan di pengadilan Kairo dalam kasus tuduhan spionase. Sebelum meninggal dunia, Mosir sempat mengatakan beberapa kata dalam ruangannya.
Dalam ruangan kaca, Mursi mengatakan dalam sidang bahwa ia mempunyai 'banyak rahasia' yang ingin dia ungkapkan. Dalam sebuah siaran di televisi negara itu, mengutip sumber medis yang tidak disebutkan namanya, bahwa mantan presiden itu menderita serangan jantung, seperti dilansir Sky News, Selasa (18/6/2019).
Sidang di pengadilan di penjara Tura di Kairo pada Senin, 17 Juni 2019, merupakan bagian dari sidang lanjutan tuduhan spionase yang berkaitan dengan kelompok militan Hamas di Palestina.
Namun, pengacara Mursi mengatakan bahwa kliennya berada dalam kondisi yang tenang dan teratur menjelang persidangan.
Baca juga: Eks Presiden Mesir Mohamed Morsi Meninggal dengan Sederet Kontroversi
"Dalam pengadilan, ia bersikukuh mengatakan bahwa dirinya merupakan presiden republik ini," kata pengacara. Jaksa Agung Mesir menyatakan penyelidikan akan segera digelar.
Kesejahteraan mantan presiden, yang telah ditahan sejak kudeta militer, telah berulang kali menjadi sorotan media di Mesir.
Putranya, Ahmed, mengatakan bahwa kesehatan ayahnya menurun sejak di penjara, dan mengatakan bahwa pihak berwenang telah mengabaikan kebutuhan ayahnya.
Sementara itu, Mohammed Sudan, anggota kelompok Persaudaraan Muslim di London mengatakan bahwa kematian Mursi adalah 'pembunuhan yang terencana'.
"Ia telah di tempatkan di belakang kaca. Tak ada yang bisa mendengarkan apa yang terjadi padanya. Ia belum menerima kunjungan selama satu bulan atau hampir satu tahun. Ia mengeluh tidak mendapatlan obat. Ini adalah pembunuhan terencana," katanya.
Baca juga: Sabotase di Dekat Perairan UEA, Mesir Langsung Pasang Badan
Mursi menjadi terkenal sebagai pemimpin kelompok Persaudaraan Muslim yang saat ini dilarang di Mesir, sebelum menjadi presiden terpilih secara demokratis pada Juli 2012.
Ia digulingkan usai berkuasa setahun dalam sebuah kudeta militer yang dipimpin oleh Abdel Fattah Al-sisi, yang merupakan Presiden Mesir saat ini, yang sebelumnya melakukan protes anti-pemerintah besar di seluruh negara Afrika Utara itu.
Di sisi lain, Amnesty Internasional menyerukan penyelidikan tentang kematian mendadak Mursi, dan kondisi yang ia hadapi selama di penjara.
"Kami menyerukan kepada pihak berwenang Mesir untuk melakukan penyelidikan yang imparsial, menyeluruh, dan transparan terkait kematian Mursi, termasuk kondisi di penjara dan isolasi soliter dari dunia luar," demikian pernyataan Amnesty Internasional.
- Penulis :
- Noor Pratiwi