
Pantau.com - Seorang tokoh ulama di Arab Saudi tewas setelah lima bulan ditahan oleh otoritas Saudi, kata keluarga dan aktivis hak-hak asasi manusia, di tengah meningkatnya kritik terhadap hak asasi manusia di Riyadh usai kematian wartawan Arab Jamal Khashoggi.
Melansir Reuters, Selasa (22/1/2019), Ahmed al-Amari, yang menjabat sebagai Dekan Universitas Islam di Medina, dipindahkan ke rumah sakit pemerintah pada awal bulan ini karena menderita pendarahan di otak, kata kelompok hak asasi ALQST di London pada Minggu (20 Januari 2019).
Anak Amari, Abdullah, mengkonfirmasi hal tersebut lewan pesan yang dituliskan di akun media sosial Twitternya dan mengatakan bahwa pemakaman dilakukan pada Senin (21 Januari 2019). Namun, sejauh ini belum ada tanggapan dari otoritas Saudi.
Baca juga: Sidang Kasus Khashoggi, PBB: Keadilan Arab Saudi Masih Dipertanyakan
Menurut aktivis, Amari yang merupakan Sunni Muslim, ditangkap pada bulan Agustus dengan otoritas Saudi mendatangi rumahnya dan kemudian ditahan dalam kurungan tersendiri.
Amari ditahan dengan beberapa orang lainnya, yang menjadi ulama berpengaruh Safar al-Hawali, ditangkap pada Juli 2018 usai menerbitkan buku yang berisi pesan mengkritik keluarga Kerajaan Saudi.
Arab Saudi telah melalukan tindakan keras untuk perbedaan pendapat, termasuk penangkapan dan penyiksaan terhadap aktivis liberal perempuan dan aktivis Islam, meski Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman telah memberlakuka untuk beberapa kebebasan sosial dan reformasi ekonomi.
Baca juga: Kampanye 'Kebebasan Perempuan' Gadis Saudi Pasca Kabur
Negara Teluk Arab, di mana monarki mutlak ditolak oleh publik dan partai politik dilarang keberadaannya, telah menyangkah tuduhan penyiksaan. Para pejabat mengatakan pemantauan aktivis diperlukan guna menjaga stabilisasi sosial.
Pembunuhan Khashoggi, yang merupakan seorang penulis sekaligus kritikus kebijakan Kerjaan Saudi, tewas di bunuh di dalam Gedung Konsulat Saudi di Istanbul, telah memicu perhatian dunia dan telah menodai reputasi Putra Mahkota serta memfokuskan perhatian terharap perang di Yaman dan nasib para aktivis.
- Penulis :
- Noor Pratiwi