
Pantau.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menyerukan untuk mengubah nama negara dalam upaya nyata Filipina untuk memutus hubungan kolonial.
"Suatu hari, mari kita mengubah itu. Marcos adalah tepat. Dia ingin mengubahnya menjadi Maharlika dalam bahasa Melayu yang memiliki arti bangsawan," kata Duterte dalam proposal yang diajukan, mengacu pada proposal Presiden Ferdinand Marcos, seperti dilansir Sputnik, Kamis (14/2/2019).
Baca juga: Kontroversi Duterte: Bunuh Saja, Uskup Gereja Khatolik Orang Tak Berguna!
Juru bicara presiden, Salvador Panelo, mengatakan Presiden Duterte mengungkapkan ide itu merupakan hal yang biasa dan dia suka mendengar nama Maharlika.
Menurut Panelo, ide Duterte berarti menulis ulang Konstitusi dan memerlukan persetujuan publik melalui referendum.
Macros merupakan orang pertama yang melayangkan ide untuk mengubah nama negara guna mempromosikan nasionalisme usai Filipina berada di bawah kekuasaan militer pada tahun 1965. Ia menguasasi negara hingga 1986, ketika dirinya digulingkan oleh pembrontakan damai.
Baca juga: Keras, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Tantang Angkatan Militer untuk Menggulingkannya
Pada tahun 1978, undang-undang Parlemen mengusulkan Filipina untuk mengganti nama menjadi Maharlika, namun hal itu tidak pernah digaungkan sehingga kehilangan popularitas usai Marcos terlibat korupsi dan melakukan aturan diktator.
Filipina, dinamai oleh Raja Philip II, yang merupakan koloni Spanyol selama 350. Setelah Spanyol kalah dalam perang dengan Amerika Serikat pada tahun 1898, Filipina kemudian menjadi bagian dari teritori AS hingga kemerdekaan di tahun 1946.
- Penulis :
- Noor Pratiwi