Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Duh! Pengeluaran Rumah Tangga Miskin untuk Rokok 3 Kali Lipat Belanja Telur

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Duh! Pengeluaran Rumah Tangga Miskin untuk Rokok 3 Kali Lipat Belanja Telur

Pantau.com - Chief of Communications and Partnership Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPZK), Ruddy Gobel, menyebutkan bahwa masalah rokok sangat dekat dengan persoalan kemiskinan.

Dalam survei ini ditemukan bahwa prevalensi perokok aktif pada responden dengan penghasilan keluarga Rp7 juta yang memiliki prevalensi sebesar 30,91%.

Baca juga: Jumlah Penduduk Miskin 9,82 Persen, Terendah Sejak 1998

Ia memaparkan, distribusi pengeluaran rumah tangga miskin Maret 2017 terlihat belanja rumah tangga miskin untuk rokok di kota mencapai 45.465 per bulan dan di desa 41.680 per bulan. Angka tersebut menurutnya, tercatat sama dengan 3,2 kali pengeluaran telur, 5 kali biaya pendidikan, 13 kali biaya kesehatan, 3,3 kali pengeluaran daging ayam pada pengeluaran rumah tangga miskin.

"Pengeluaran masyarakat miskin untuk rokok yang sedemikian besar, mengurangi kemampuan masyarakat miskin untuk pengeiuaran makanan bergizi seperti telur, pengeiuaran untuk pendidikan anak, dan juga pengeluaran untuk kesehatan," ujarnya dalam diskusi di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018).

Hal ini kata dia, membuktikan bahwa keluarga berpendapatan dan berpendidikan rendah cenderung merokok. Sehingga menurutnya, tidak mengherankan jika Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa rokok menyumbang kemiskinan.

Baca juga: Makin 'Liar', Harga Telur Ayam di Kupang Tembus Rp60.000

"Nah angka ini konsekuensinya dengan besarnya angka pengeluaran masyarakat miskin untuk membeli rokok ini menyebabkan mereka mensubtitusi kebutuhan-kebutuhan lain, seperti untuk membeli telor, membeli daging ayam, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan dikorbankan agar mereka dapat mengkonsumsi rokok," paparnya.

Menurutnya, kondisi tersebut berbahaya pasalnya belanja rokok membuat dana untuk kebutuhan lainnya menjadi cukup jauh bila dibandingkan. 

"Ini kan situasinya berbahaya kalau mereka tetap memprioritaskan rokok dibandingkan makanan bergizi pendidikan kesehatan ini kan mereka akan terus berada dalam siklus kemiskinan dari generasi ke generasi," ungkapnya.

Penulis :
Nani Suherni