HOME  ⁄  Ekonomi

Harga Ayam dan Telur Naik, Menko Perekonomian: Ada Kaitanya dengan Pitik

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Harga Ayam dan Telur Naik, Menko Perekonomian: Ada Kaitanya dengan Pitik

Pantau.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Juli sebesar 0,28 persen inflasi terbesar bersumber dari bahan makanan khususnya telur ayam ras dan daging ayam ras.

Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikkan harga telur disebabkan oleh faktor pengembangan ayam petelur.

"Sebenarnya soal telur dan ayam, itu adalah soal yang mulai dari persoalan DOC (Day Old Chicken). Pitik nya itu lho perencanaaan apa pengembangan pitiknya. Atau, ada penyakit berkembang yang tifak efektif terobati," ujarnya saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018).

Baca juga: Duh! Telur Ayam Jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Juli

Ia menambahkan, telur dan ayam memiliki perbedaan dari segi produksinya. Ayam Petelur peternaknya dianggap dari Usaha Kecil Menengah (UKM) sementara ayam ternak bisa UKM ada juga hubungan dengan pengembang DOC. 

"Ada kaitanya dengan yang mengembangkan pitiknya itu. Lebih dari sekedar pelanggan artinya ada hubungan bisnis lebih dari itu," imbuhnya.

Sehingga menurutnya untuk ayam petelur itu lebih banyak faktornya karena ada penyakit atau makanan tidak benar. 

"Jangan lupa yang namanya makanan ternak, untuk ayam pedaging itu dibuat Industri gede Japfa, Charon Pokphan, tapi untuk makanan untuk peternak (ayam) telur, itu dia buat sendiri dan dia campur sendiri dan sebuah. Sehingga dia lebih mudah terganggu. Dibanding yang industri, karena itu buatan industri. Industri bisa mengatasi," katanya. 

Baca juga: Siap Bersaing, Mobil Esemka Dipasarkan Lebih Murah

Selain itu ia menilai bahwa harga telur dan ayam sering kali meningkat saat masa hati raya Idul Fitri hal itu disebabkan karena para peternak libur sehingga produksi terjeda.

"Maksud saya dengan cerita itu adalah, itu bukan persoalan besar yang harus dibesar-besarkan kan. Nanti juga berapa siklusnya kira-kira dua tiga bulan," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni