Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Begini Cara Jepang Bangun Perekonomian Pasca Gempa dan Tsunami Dahsyat 2011

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Begini Cara Jepang Bangun Perekonomian Pasca Gempa dan Tsunami Dahsyat 2011

Pantau.com - Masih belum hilang dibenak kita gempa dan tsunami yang telah memporak-porandakan Aceh di tahun 2004, kemudian gempa Yogyakarta di tahun 2006 dan gempa Padang. Kali ini gempa Lombok yang terjadi selama dua minggu ini. 

Berkaca pada kasus tsunami Jepang pada tahun 2011 yang telah mengahabiskan sejumlah perekonomian Jepang. Bahkan, Jepang masih kritis karena isu meluasnya radiasi dari reaktor nuklir Fukushima, upaya menghitung kerugian ekonomi mulai dilakukan oleh banyak pihak.

Tapi, negara matahari terbit itu lagi-lagi membuktikan kekuatannya.  Dari sisi ekonomi, upaya rekonstruksi atau pembangunan kembali akan mendorong lagi aktivitas perekonomian Jepang. 

Baca juga: Ini Dia Deretan Motor Seharga Rumah di GIIAS 2018

Dikutip Antara, dalam merespons dampak bencana 11 Maret 2011, pemerintah dan rakyat Jepang pun bahu-membahu membantu para korban serta  membangun kembali daerah-daerah dan sektor-sektor kehidupan yang terkena dampak bencana.

Kuatnya solidaritas dan kepedulian keduanya pada tragedi 11 Maret yang dilukiskan Perdana Menteri Naoto Kan sebagai "krisis terberat dan tersulit" setelah Perang Dunia II itu dicatat oleh Masyarakat Palang Merah Jepang (JRCS) dalam laporannya Agustus lalu.

Dalam laporan tertanggal 31 Agustus 2011 itu, JRCS menyebutkan total dana yang diterima pihaknya dari sumbangan publik Jepang bagi para korban bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda 15 frefektur itu mencapai lebih dari 284 miliar yen atau  setara dengan 3,7 miliar dolar AS.

Di tingkat kebijakan, anggaran triliunan yen juga disiapkan untuk mendukung misi kemanusiaan dan program rekonstruksi.  

Baca juga: Garuda Tegaskan Penerbangan Tujuan Lombok dan Bali Normal

Menurut JRCS, pada 22 April 2011, kabinet Jepang misalnya telah menyetujui anggaran tambahan senilai empat triliun yen atau  setara dengan 52 miliar dolar AS.

Dilihat dari besarnya kerusakan fisik dan psikis serta luasnya daerah bencana akibat goncangan gempa berkekuatan sembilan skala Richter dan hantaman tsunami setinggi 40 meter yang menyapu belasan frefektur di kawasan pantai timurlaut Jepang itu, agaknya tidak mudah menjalankan misi kemanusiaan dan program rekonstruksi.

Di tengah ketidakmudahan itu, upaya membangun kembali kehidupan para korban bencana bisa terlaksana. Berangsur normalnya kembali kehidupan masyarakat di Iwate dan Miyagi, pasukan Bela Diri Jepang pun ditarik dari di kedua frefektur itu sejak 26 Juli dan 1 Agustus 2011.  

Penulis :
Nani Suherni