Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ini Alasannya Setiap Kenaikan Harga BBM, Publik selalu Marah!

Oleh Muhammad Rodhi
SHARE   :

Ini Alasannya Setiap Kenaikan Harga BBM, Publik selalu Marah!
Pantau - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi. Jokowi mengakui pihaknya tidak berdaya mengendalikan anggaran subsidi yang membengkak hingga tiga kali lipat.

Alhasil Jokowi menyetujui kenaikan harga BBM. Isu kenaikan harga BBM selalu ramai di tengah masyarakat. Bahkan tidak jarang masyarakat meluapkan kemarahannya dengan cara masing-masing.

Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat Didi Irawadi menyebut kenaikan harga BBM ini memiliki dampak yang luas. Pertama, biaya transprotasi yang juga ikut naik.

Biaya transportasi merupakan sektor pertama yang terkena dampak dari kenaikan harga BBM. Baik transportasi umum maupun kendaraan pribadi, ongkosnya sekarang menjadi semakin mahal.

"Jadi, biaya transportasi umum yang pakai bus, pakai ojek online, pakai angkot dan lain-lain ini akan mengalami peningkatan dan termasuk untuk biaya transportasi kendaraan pribadi yang sepeda motor maupun kendaraan roda 4," kata Didi dalam akun instagramnya, Senin (5/9/2022).

Kedua, biaya Logistik. Didi mengatakan biaya transportasi imbas kenaikan harga BBM tidak hanya berlaku pada jasa angkut orang. Kenaikan juga diprediksi akan berimbas kepada naiknya biaya angkut jasa logistik.

Ketiga, harga pangan menjadi lebih mahal. Jika biaya jasa angkut logistik naik, harga pangan pun terancam ikut melambung karena ada perhitungan biaya logistik dari tempat produksi ke pasar.

"Pangan yang paling tinggi, setelah itu juga makanan minuman sudah jadi, termasuk barang pakaian dan lain-lain karena biaya produksi dari ongkos logistik dan biaya energi yang menggunakan bensin dan solar termasuk ke nelayan ini akan mengalami peningkatan," ungkapnya.

Didi menegaskan pernyataan Jokowi yang menyebut harga BBM di Indonesia lebih murah ketimbang negara maju lainnya, tidak adil dan tidak tepat. Jokowi tidak jujur soal pendapatan warga masing-masing negara dibandingkan dengan di Indonesia.

"Presiden pasti tahu pendapatan per kapita negara-negara yang disebut jauh di atas Indonesia. Sebut saja Singapura, Jerman, US, Jepang dll. Jadi tidak tepat membandingkan harga BBM di suatu negara yang lebih maju dengan Indonesia. Income per kapitanya sudah jelas berbeda," pungkasnya.
Penulis :
Muhammad Rodhi