
Pantau - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey mengungkapkan, bisnis food and beverage (F&B) rentan dengan perubahan perilaku pasar.
Menurutnya, bisnis makanan dan minuman yang awalnya ramai, kemudian sepi, hingga tutup disebabkan karena pelaku usaha kurang siap dengan perubahan.
"Satu, mereka perusahaan startup. Kedua, dengan perusahaan startup mungkin mereka tidak memperhitungkan perubahan zaman itu pasti terjadi," kata Roy kepada wartawan, Sabtu (11/2/2023).
Roy menilai, perusahaan startup ada yang tak memperhitungkan perubahan zaman, karena sudah merasa nyaman dengan dapat penyertaan modal dari investor.
Menurutnya, adanya aliran dana tersebut membuat perusahaan startup melebarkan sayap tanpa memperhatikan kompetisi, demografi, dan populasi.
Selain itu, kata Roy, masyarakat juga gampang jenuh dan beralih pada sesuatu yang lebih baru atau yang sedang menjadi tren.
"Masyarakat juga sekarang sudah banyak pilihan. Sekarang sudah ada Mixue, kemudian ada sesuatu yang baru. Masyarakat kan mau sesuatu yang baru dan yang tren," ungkap Roy.
Roy menjelaskan, agar bisnis tidak ditinggalkan oleh pelanggan, para pengusaha harus siap mengubah modelnya.
Ia mencontohkan, apabila perusahaan tersebut menyediakan paling banyak menu kopi, bisa juga ditambah dengan menu pendamping lainnya.
"Jadi tutupnya F&B itu adalah suatu keniscayaan ketika tidak adaptif dan tidak resilience," terang Roy.
Roy melihat, saat ini perubahan di masyarakat tidak lagi menghitung tahun, tetapi dalam hitungan bulan perubahan dapat terjadi. Untuk itu, inovasi harus terus dilakukan dengan mengikuti tren yang ada di tengah masyarakat.
Menurutnya, bisnis makanan dan minuman yang awalnya ramai, kemudian sepi, hingga tutup disebabkan karena pelaku usaha kurang siap dengan perubahan.
"Satu, mereka perusahaan startup. Kedua, dengan perusahaan startup mungkin mereka tidak memperhitungkan perubahan zaman itu pasti terjadi," kata Roy kepada wartawan, Sabtu (11/2/2023).
Roy menilai, perusahaan startup ada yang tak memperhitungkan perubahan zaman, karena sudah merasa nyaman dengan dapat penyertaan modal dari investor.
Menurutnya, adanya aliran dana tersebut membuat perusahaan startup melebarkan sayap tanpa memperhatikan kompetisi, demografi, dan populasi.
Selain itu, kata Roy, masyarakat juga gampang jenuh dan beralih pada sesuatu yang lebih baru atau yang sedang menjadi tren.
"Masyarakat juga sekarang sudah banyak pilihan. Sekarang sudah ada Mixue, kemudian ada sesuatu yang baru. Masyarakat kan mau sesuatu yang baru dan yang tren," ungkap Roy.
Roy menjelaskan, agar bisnis tidak ditinggalkan oleh pelanggan, para pengusaha harus siap mengubah modelnya.
Ia mencontohkan, apabila perusahaan tersebut menyediakan paling banyak menu kopi, bisa juga ditambah dengan menu pendamping lainnya.
"Jadi tutupnya F&B itu adalah suatu keniscayaan ketika tidak adaptif dan tidak resilience," terang Roy.
Roy melihat, saat ini perubahan di masyarakat tidak lagi menghitung tahun, tetapi dalam hitungan bulan perubahan dapat terjadi. Untuk itu, inovasi harus terus dilakukan dengan mengikuti tren yang ada di tengah masyarakat.
- Penulis :
- Aditya Andreas