
Pantau.com - Tren penguatan mata uang Dolar Amerika Serikat masih terus terjadi. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kenaikkan harga pada barang-barang yang dibuat dengan bahan baku impor, salah satunya Tempe.
Bahan baku tempe di Indonesia saat ini masih mengandalkan kedelai impor. Alasannya karena kedelai lokal memiliki kualitas yang berbeda saat diolah menjadi tempe. Namun ditengah kenaikkan harga Dolar AS yang kian menguat saat ini, belum ada kenaikkan harga tempe. Salah satunya di Pasar Gondangdia.
Salah satu pedagang tempe, Faruq (36) mengaku belum melakukan kenaikkan harga. Ia masih menjual dengan harga Rp5.000 dengan ukuran 22 sentimeter. Ia melihat industri pembuat tempe masih memiliki stok kedelai dengan harga yang masih sama.
"Belum ada kabar (kenaikkan) lagi (dari pembuat) kalau di agen masih stok lama, barang (kedelai) yang baru turun impor belum (ada) update," ujarnya saat di lokasi berjualannya, Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2018).
Baca juga: Rupiah Nyaris Rp15.000 per Dolar AS, Begini Penjelasan Gubernur BI
Namun ia mengungkapkan sempat mengurangi ukuran tempe yang mulanya 22 sentimeter menjadi 21 sentimeter saat momentum bulan Ramadan. Ia mengungkapkan biasanya setelah momentum hari raya akan dilakukan kembali penyesuaian namun dengan harga modal yang tidak mengalami penurunan maka ia masih melakukan efisiensi dalam ukuran tempe yang dijual.
"Sampai saat ini kenaikkannya harga kedelainya pelan-pelan, tapi kan kedelai ada berbagai kualitas (ada pilihan) penyesuaian ini dari bulan puasa sampai serkarang belum berubah, padahal biasanya habis lebaran turun ini belum," ungkapnya.
- Penulis :
- Nani Suherni