Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Rupiah Nyaris Rp15.000 per Dolar AS, Begini Penjelasan Gubernur BI

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Rupiah Nyaris Rp15.000 per Dolar AS, Begini Penjelasan Gubernur BI

Pantau.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus mengalami tekanan. Dilansir dari Bloomberg Dollar Index, rupiah sore ini pada perdagangan spot exchange berada di level Rp 14.935 per dolar AS. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah selalu dipengaruhi faktor fundamental dan sentimen baik secara teknikal atau pengaruh pasar. 

"Perkembangan nilai tukar itu selalu akan dipengaruhi faktor fundamental dan faktor sentimen teknikal atau sentimen di pasar," ujarnya saat ditemui usai menghadiri rapat kerja di Gedung Badan Anggaran, DPR RI, Jakarta, Selasa (4/9/2018).

Baca juga: Nyaris Rp15.000 per Dolar AS, Sri Mulyani 'Galau' Tetapkan Asumsi Rupiah di RAPBN 2019 

Lebih lanjut menurutnya, fundamental ekonomi RI sudah cukup kuat namun banyak dipengaruhi sentimen negatif terutama dari faktor global. "Betul apa yang disampaikan Pak Darmin (Menko Perekonomian) dan Bu Menkeu (Sri Mulyani), kalau itung-itungan fundamentalnya mestinya tidak seperti ini, tidak selemah seperti ini, ini banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif baik yang dari luar negeri maupun dalam negeri," paparnya.

Dari luar negeri kondisi ekonomi negara emerging seperti Turki, Venezuela hingga Argentina mempengaruhi Investor luar negeri menarik dananya dari Indonesia.

"Luar negeri apa? Kan ini masalah Argentina, masalah Turki sehingga Investor global kan kemarin sudah masuk kan, SBN terakhir lebih dari 4 kali lipat kan, SBN sudah mulai masuk demikian juga saham sudah mulai masuk, tapi begitu mulai gonjang ganjing lagi Argentina sama Turki keluar lagi," ungkapnya.

"Seperti itu kan, itu yang terjadi. Ini sebagai salah satu adalah sentimen, dari tehnikal di pasar," imbuhnya.

Baca juga: Menakutkan! Gara-gara Krisis Warga Turki Sulit Menaksir Gaji Bulanannya

Dari dalam negeri beberapa penyebabnya yakni kebutuhan dollar dari pada importir yang digunakan untuk belanja modal. Sehingga ia meminta agar pada importir untuk dapat melakukan swap.

"Dari dalam negeri ya seperti ini kami sekali lagi menyampaikan pada para importir, para korporasi yang membutuhkan dolar tidak perlu nubruk-nubruk kami juga kan sudah sediakan swap, swapnya kan tidak hanya 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan," katanya.

"Itu kan bisa yang kebutuhannya belum segera bisa menata kebutuhan yang kedepan. Itu beberapa yang seperti ini ada kebutuhan riil, tapi karena ada kebutuhan yang terjadi sudah beli itu hal-hal seperti itu yang mesti dilakukan," imbuhnya

Penulis :
Nani Suherni