
Pantau.com - Pemerintah Indonesia dan Australia akan segera merampungkan kesepakatan perundingan perdagangan komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada November 2018, setelah kedua menteri perdagangan negara tersebut menandatangi nota kesepahaman penyelesaian pembahasan IA-CEPA di Instana Bogor, Jumat 31 Agustus 2018.
Pemerintah Indonesia dan Australia akan segera merampungkan kesepakatan perundingan perdagangan komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada November 2018 mendatang.
Perjanjian kerjasama ini akan memangkas tarif perdagangan menjadi nol persen. Kebijakan ini dianggap hanya akan membanjiri Indonesia dengan produk-produk Australia saja. Padahal berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Indonesia saat ini masih mengalami defisit USD 1,37 miliar sepanjang Semester I 2018.
Baca juga: Stop Ribut! Kita Bantu Rupiah Menguat dengan 5 Cara Ini Yuk
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Imam Pambagyo menilai, perjanjian perdagangan ini tidak bisa hanya dinilai dari sisi perdagangan barang saja.
"Kita defisit, tapi kita kembangkan coverage lainnya. Tapi saya rasa tidak perlu khawatir soal neraca. Ini ada jasa dan investasi" ujarnya saat diskusi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat, (7/9/2018).
Sebab menurutnya, meski neraca perdagagangan Indonesia-Australia masih defisit, namun masih banyak peluang kerjasama lainnya yang dapat diperoleh Indonesia melalui IA-CEPA
"Jadi kita sadar mengenai itu, negosiasi ini bukan soal barang saja. Mana yang bisa kita ekspor ke Australia termasuk profesional tenaga kerja," tambahnya.
Selain itu kata dia, dengan kerjasama ini Indonesia diproyeksikan menjadi manufacturing powerhouse (pusat pengolahan) dengan adanya kemudahan akses berbagai bahan baku dan penolong, murah, serta berkualitas dari Australia. Mulai dari gandum, sorghum dan barley, hingga kerja sama pengembangan industri makanan olahan di Indonesia.
Ditambah lagi, Indonesia ditargetkan menjadi pemasok mobil ke Australia, khususnya untuk mobil jenis hybrid dan listrik. Lantaran Australia kata dia, tidak lagi memiliki pabrik produksi mobil.
"Sektor otomotif di Austrlia sudah tidak ada lagi pabrik. Ini kesemparan sektor otomotif Indonesia masuk dan menyerap teknologinya. Kurang dari 10 persen pangsa pasar kita dan ini kita mendapat tambahan akses pasar," terangnya.
Baca juga: Pajak Kosmetik Impor Naik? Produk Lokal Ini Tak Kalah Ciamik Girls...
Sementara dari sisi keuntungan sektor investasi dan jasa, IA-CEPA membuat Investor Australia akan mendapatkan kemudahan untuk berinvestasi di sektor jasa keuangan, agribisnis, pariwisata, pertambangan, rumah sakit, infrastruktur dan pendidikan.
Lebih lanjut ia memastikan sektor-sektor strategis Indonesia tetap memiliki kontrol atas jumlah investasi asing yang masuk melalui peraturan terkait Daftar Negatif Investasi. Sedangkan, dari sektor jasa, kata dia, perjanjian tersebut memberikan ruang untuk menambah izin atau visa mencapai 5.000 orang, atau naik 5 persen pertahun.
Disamping itu ada pula, pertukaran tenaga kerja antar perusahaan Indonesia-Australia dalam rangka transfer of knowledge.
"Kerjasama ini sebagai basis masuk ke masa selanjutnya. Ini bukan FTA biasa tapi perjanjian komprehensif yang menekankan pada kemitraan dengan prinsip win win," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni