
Pantau.com - Meskipun nilai tukar rupiah sedang tersudut oleh dolar, tetapi perusahaan yang bergerak dalam penjualan kendaraan rupanya masih banyak meraup untung.
Salah satunya, PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih mencapai Rp17,1 triliun, meningkat 21 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rp14,2 triliun.
"Kami berharap Grup akan mencapai kinerja tahunan yang baik, meskipun persaingan yang sengit di pasar mobil serta pelemahan harga minyak kelapa sawit masih tetap diwaspadai," papar Presiden Direktur Astra international Tbk, Prijono Sugiarto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (29/10/2018).
Baca juga: Mamah Muda Ragu Buka Rekening untuk Anak? Melek Keuangan Yuk
Secara keseluruhan, ia menyampaikan, laba bersih Grup selama periode sembilan bulan 2018 itu meningkat, disebabkan penambahan kontribusi dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, segmen jasa keuangan dan segmen otomotif, yang melebihi dari penurunan kontribusi segmen agribisnis.
Sementara itu, lanjut dia, pelemahan mata uang Rupiah selama periode ini menekan marjin terhadap bisnis manufaktur Grup, dimana dampak itu diimbangi oleh bisnis-bisnis berbasis komoditas Grup, aktivitas ekspor serta meningkatnya keuntungan selisih kurs.
Pada periode itu, ia juga memaparkan, pendapatan perseroan meningkat 16 persen menjadi Rp174,9 triliun, dengan pertumbuhan pendapatan pada hampir semua segmen, terutama dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi.
Ia mengemukakan kontribusi dari tiap segmen bisnis terhadap laba bersih konsolidasian Astra International pada kuartal ketiga 2018 ini, yakni laba bersih dari bisnis otomotif Grup meningkat 7 persen menjadi Rp7 triliun, terutama disebabkan oleh meningkatnya penjualan sepeda motor.
Tuh kan, untuk penjualan naik 7 persen. Nah ini membuktikan orang-orang masih tertarik membeli kendaraan tanpa melihat kurs rupiah saat.
Baca juga: Jasa Raharja Data Ahli Waris Korban Pesawat Lion Air Jatuh
Kemudian, laba bersih bisnis jasa keuangan Grup meningkat 17 persen menjadi Rp3,5 triliun, dengan peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumennya.
Lalu, laba bersih Grup dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat sebesar 60 persen menjadi Rp5,4 triliun. Dan, laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup mencatat kenaikan 1 persen menjadi Rp106 miliar.
Sementara itu, segmen infrastruktur dan logistik Grup mencatat laba bersih Rp112 miliar, dibandingkan dengan rugi bersih Rp66 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2017.
Sedangkan laba bersih dari segmen Agribisnis Grup turun sebesar 18 persen menjadi Rp896 miliar. Dan segmen properti Grup melaporkan penurunan laba bersih sebesar 32 persen menjadi Rp66 miliar.
- Penulis :
- Nani Suherni