
Pantau - Dividen saham PT Astra International Tbk (ASII) ditengarai tetap tinggi pada 2025-2026. Sahamnya pun mendapat rekomendasi beli dengan patokan harga fundamental Rp6.000 per unit saham.
Pada perdagangan Kamis (27/2/2025), saham ASII ditutup naik Rp10 (0,2 persen) ke posisi Rp4.590. Tertingginya di Rp4.590 dan terendah Rp4.480. Jumlah saham yang ditransaksikan mencapai 377,28 ribu lot senilai Rp171,7 miliar.
“Kami mempertahankan rekomendasi buy saham ASII dengan target harga Rp6.000 dengan PER (price to earnings ratio) 7 kali,” tulis Verdhana Sekuritas dalam riset, dikutip di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Verdhana menuturkan, pada 20 tahun silam, segmen otomotif menyumbangkan 50 persen laba bersih Astra. Tetapi, kini jumlahnya menyusut jadi 32 persen.
Baca juga: Harga Saham ASII Dipatok Rp6.200 Lantaran Tangguh Hadapi BYD & Chery Cs
Saturasi pasar dan perubahan kecenderungan konsumen, menurut Verdhana, merupakan tantangan pertumbuhan bisnis otomotif emiten berkode saham ASII tersebut. Pasar kini khawatir terhadap prospek profitabilitas Astra dalam jangka panjang.
Meski banyak tantangan di investasi dan otomotif, Verdhana menilai, ASII akan tetap membagikan dividen, dengan yield berkisar 4-6 persen. Ini didorong oleh kas solid dan bisnis alat berat serta pertambangan yang masih tahan banting.
Pada 2025-2026, yield dividen ASII bahkan diprediksi 7 persen.
Dalam tujuh tahun terakhir, ASII menghasilkan laba bersih 11 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, sebesar 66 persen atau 7,2 miliar dolar AS dialokasikan sebagai dividen, sedangkan 29 persen untuk investasi.
Baca juga: Penjualan Mobil Turun 13,86 Persen, Ini Target Harga Saham ASII
Verdhana mencatat, investasi Astra dalam tujuh tahun terakhir sebagian besar belum menghasilkan, kecuali di segmen alat berat dan pertambangan.
Astra mengucurkan investasi sekitar 450 juta dolar AS ke startup, termasuk GOTO sebesar 250 juta dolar AS, yang belum menghasilkan cuan besar.
“Kami juga mencatat Astra (ASII) berinvestasi di sektor kesehatan, dengan mengucurkan 135 juta dolar AS ke Halodoc dan Hermina serta Cardiovascular Hospital sekitar 40 juta dolar AS,” tulis Verdhana.
Sementara itu, Verdhana mencatat, kontribusi segmen otomotif terus menurun, seiring makin kerasnya persaingan dan stagnasi pasar otomotif.
Baca juga: Berburu Cuan di Saham ASII? Ini Targat Harga Teknikal dan Fundamental
- Penulis :
- Ahmad Munjin