
Pantau - Kondisi bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) diklaim masih memuaskan di tengah deflasi lima bulan beruntun.
Deflasi tersebut dinilai menjadi tanda penurunan daya beli masyarakat.
Kalau yang saya tanya ke beberapa asosiasi sih masih oke lah. Maksudnya masih memuaskan.
Klaim itu datang dari Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Arif Rahman Hakim di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (11/10/2024).
Untuk mengantisipasi dampak deflasi berlanjut, Arif mendorong berbagai pihak turut menjaga agar permintaan terhadap produk UMKM di Tanah Air tetap stabil.
Baca juga: Anak Buah Menteri Teten Ungkap 47 Persen UMKM Masih Haus Pembiayaan
"Kami dari sisi Kementerian Koperasi dan UKM mendorong supaya 'demand' terhadap pelaku-pelaku usaha mikro, kecil, menengah itu tidak turun," ujar dia.
Selain itu, Arif juga berharap para pelaku UMKM mampu meningkatkan jangkauan akses pemasaran serta memperbaiki kualitas masing-masing produk yang dijual.
Kemenkop UKM, kata Arif, terus mendorong peningkatan kapasitas SDM pelaku UMKM melalui berbagai pelatihan dan pendampingan.
Menurut dia, program pendampingan yang difasilitasi Kemenkop UKM rata-rata berlangsung selama tiga tahun dengan memilah UMKM yang berpotensi besar berkembang.
Baca juga: Ecommerce TEMU Dipastikan Tak Masuk RI Lantaran Bahaya untuk UMKM
"Di era yang sekarang ini memang lebih mendorong ke arah pendampingan, jadi bukan hanya pelatihan yang sesaat. Terus didampingi sampai mereka bisa mandiri," ujar dia.
Meski begitu, Arif mengakui bahwa porsi penyaluran kredit pembiayaan bagi UMKM masih menjadi tantangan.
Pasalnya, hingga kini target penyaluran kredit pembiayaan UMKM sebesar 30 persen seperti yang dicanangkan Presiden Joko Widodo masih belum tercapai.
"Sementara ini belum (tercapai), masih di kisaran 19, 20, 22 persen, jadi itu tantangan kita," kata dia.
Baca juga: Satu Dekade Perjalanan UMKM Indonesia: Pemberdayaan Produk Lokal Menembus Pasar Global
- Penulis :
- Ahmad Munjin