Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ritel Modern Menjalar ke Daerah, Bagaimana Nasib Ritel Tradisional?

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Ritel Modern Menjalar ke Daerah, Bagaimana Nasib Ritel Tradisional?

Pantau.com - Ritel tradisional dinilai masih memiliki ruang untuk tumbuh. Sebagain besar masyarakat dianggap masih lebih suka berbelanja di retail tradisional. Hal ini disampaikan oleh Direktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Research Insltitute, Agung Pambudhi.

Agung mengatakan, retail tradisional dianggap lebih mudah dijangkau dan lebih mengakomodasi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

"Industri retail, khususnya retail tradisional, masih memiliki ruang untuk terus bertumbuh. Hingga kini toko tradisional masih menjadi tempat favorit belanja karena faktor lokasi dan kemudahan mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari," ujarnya saat jumpa pers dalam acara Pesta Retail Nasional (PRN) Sampoerna Ritel Community (SRC) di ICE BSD City.

Baca juga: Buruan Borong Produk Lokal di Festival Belanja Online, Cek Tanggalnya!

Selain itu kata dia, masyarakat juga dianggap masih menyukai interaksi sosial dalam transaksi di ritel tradisional. 

"Yang juga tidak kalah penting adalah kayanya nilai-nilai sosial dalam hubungan antara retail tradisional dengan para pembeli berlandaskan kepercayaan," ungkapnya.

Agung juga menyampaikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 yang menyebutkan bahwa sektor retail memiliki kontribusi 15,24 persen terhadap total PDB dan menyerap tenaga kerja sebesar 22,4 juta atau 31,81persen dari tenaga kerja non pertanian.

Selain itu, distribusi toko retail Indonesia pada tahun 2017 masih didominasi oleh toko tradisional (82,3persen). Data ini memperlihatkan masih agresifnya strategi pembukaan toko retail tradisional yang dinilai lebih efektif.

Baca juga: Tinggi Mana Kincir Angin PLTB Tolo 1 atau Monas?

Lebih lanjut Agung menambahkan bahwa kini banyak peretail tradisional maupun UKM yang akhirnya mampu meningkatkan penjualan dan keuntungan mereka karena mendapatkan bantuan dan dukungan sehingga dalam hal penerapan sistem dapat bersaing dengan retail modern skala terbatas, seperti; penataan barang, kontrol inventaris barang, pencatatan penjualan dan keuangan, serta dukungan sistem IT sederhana. 

"Kita dalam pemberdayaan bukm ritel kita melakukan pendekatan kapasitas baik pemilik ritel maupun pegawai kita beri pendidikan manajemen pemasaran," katanya. 

Lebih lanjut, Sekretaris Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Wardoyo menambahkan pembinaan kepada ritel tradisional diperlukan agar tidak tergerus oleh ritel-ritel modern. 

"Ritel ini memang seharusnya menjadi pemicu UKM tradisional, membangun penataannya, tampilan, kelayakan supaya berdaya saing (pemerintah) memberikan peluang pada warung-warung tradisional juga diberikan pembinaan pada sekitarnya," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni