Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Harga di Bawah Rp4.000: Saham BBRI Atraktif atau Sebaliknya?

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Harga di Bawah Rp4.000: Saham BBRI Atraktif atau Sebaliknya?
Foto: Layar perdagangan saham BEI Jakarta. (Antara/Aprillio Akbar)

Pantau – Para analis tak kompak menilai penurunan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) belakangan ini. Ada yang menilai atraktif dan ada yang justru sebaliknya. Pilihan berpulang kepada masing-masing investor.

Pada sesi pertama perdagangan Senin (13/1/2025) hingga pukul 11.00 WIB, saham BBRI ditransaksikan melemah Rp80 (2 persen) ke posisi Rp3.930 per unit saham. 

Penurunan tesebut sudah diramalkan Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy. Dalam Investor Market Closing IDTV, Jumat (10/1/2025), ia sudah memprediksi saham BBRI masih berpotensi menguji ke support-nya ke level 3.960. “Sehingga masih ada ruang BBRI untuk melanjutkan penurunan.”

Kini level support tersebut sudah ditembus. Pada kurun waktu tiga bulan, saham BBRI jatuh 17,49 persen.

Baca juga: 3 Hal Ini Bikin Ribuan Investor Ritel Terperangkap Saham BBRI

Penilaian Atraktif secara Fundamental

Sebelumnya, penilaian atraktif atas saham BBRI datang dari value investor, Rivan Kurniawan melalui video di akun YouTube-nya tanggal 21 Desember 2024. Menurutnya, secara fundamental saham BRI bagus.

Dia menegaskan, dengan harga saham BRI yang sempat turun justru menarik karena valuasi yang juga jauh lebih menarik dibandingkan saat harga saham BRI di Rp6.000-an.

“Dan di harga Rp4.200 hingga Rp4.300 (saat video dibuat), PE rasio BRI hanya di kisaran 10,5 kali, labih rendah dari rata-rata PE historikal di kisaran 15 kali. Demikian pula di harga Rp4.200 hingga Rp4.300 saat video dibuat PBV BRI 1,99 kali di bawah rata-rata PBV 2,8 kali,” ungkap dia.

“Nah jadi kalau misalkan kita asumsikan harga saham BRI balik ke PE 15 atau PBV 2,8 kali yang median-nya dia atau mean-nya dia, kurang lebih harga wajar BRI ada di kisaran Rp6.000. Menurut saya cukup good deal-lah,” pungkasnya.

Baca juga: Bikin Sedih di 2024, Ini ‘Opportunity Cost’ Pegang Saham BBRI di 2025

Perangkap Harga

Tim Riset Algo, sebagaimana dilansir Algoresearch dikutip Jumat (3/1/2025) justru berpendapat sebaliknya. Valuasi yang lebih rendah (PER/PBV) adalah ‘menarik’ terutama jika dibandingkan dengan kinerja historis dengan menggunakan deviasi standar dinilai merupakan anggapan yang keliru.

Kondisi itu disebut sebagai value trap alias perangkap harga di mana investor percaya, harga saham pada akhirnya akan kembali naik ke nilai ‘intrinsik’ sebelumnya di masa mendatang.

Investor ritel megacu pada adagium yang menyebutkan ‘beli mercy di harga bajai’ sehingga melihat positif penurunan saham BBRI karena harga sahamnya diasumsikan akan bergerak naik nantinya.

Padahall, valuasi yang lebih rendah sering kali merupakan cerminan dari nilai saham secara intrinsik yang lebih rendah juga. Ini lantaran fundamental perusahaan yang telah memburuk. Karena itu, pepatah yang lebih akurat mungkin adalah ‘harga bajai, karena kualitas bajai’.

Baca juga: Ini Kisah Sedih 615 Ribu Investor Pemegang Saham BBRI di 2024

“Tentu saja ada risiko lain yang memengaruhi pergerakan harga suatu saham, tetapi sederhananya, jika perusahaan tersebut berkinerja baik, investor (dalam hal ini investor asing) tidak akan terus-menerus menjual sahamnya,” timpal Tim Riset Algo.

Setelah harga saham BBRI anjlok 28 persen (tidak termasuk dividen), kinerja 2024 menjadi tahun terburuk kedua setelah krisis keuangan 2008 yang saat itu longsor 38 persen sejak penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). 

Di tengah penurunan tersebut, jumlah pemegang saham BBRI terus bertambah. Per 31 Desember 2024, investor BBRI tercatat sebanyak 653.247 pihak. Itu meningkat 38.186 pihak dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 615.061 pemegang saham.

Porsi masyarakat nonwarkat sendiri sebesar 46,169 persen di saham Bank Rakyat Indonesia atau BRI per akhir Desember 2024.

Baca juga: Inikah Biang Kerok Longsornya Saham Trio Bank: BBRI, BBCA dan BMRI?

Penulis :
Ahmad Munjin