HOME  ⁄  Ekonomi

Ribut Soal Impor Gas? Coba Baca Perhitungan Berikut

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Ribut Soal Impor Gas? Coba Baca Perhitungan Berikut

Pantau.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pemanfaatan batubara akan mengurangi penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG). Apalagi saat ini, tingkat konsumsi LPG di Indonesia cukup tinggi, sehingga dibutuhkan impor LPG.

Sebagai gambaran, konsumsi LPG Indonesia sekitar 6,7 hingga 6,8 juta ton LPG. Sementara, sebanyak 70 persen LPG atau sekitar 4,5 juta (ton) diperoleh dari impor.

"Nilai impor itu sekitar USD 3 miliar atau setara Rp50 triliun," papar Jonan.

Baca juga: Hitung-hitungan Tenaga Listrik Rooftop, Jonan: Harga Jualnya Harus Adil

Latar belakang mengimpor LPG lantaran kompenen gas yang dihasilkan unsurnya tak memenuhi dalam pembuatan LPG.

"Kenapa impor LPG? karena banyak dari sumur-sumur gas kita yang menghasilkan gas bumi itu disebut gas kering, sehingga komponen C3-C4 sangat tipis sehingga nggak bisa dibuat LPG," jelas Jonan.

Jalan lain untuk mencapai ketahanan energi adalah menciptakan kendaraan listrik. Menurut Jonan, kehadiran kendaraan listrik akan mengurangi impor BBM. Terlebih penemuan akan cadangan-cadangan migas baru di Indonesia belum berjalan optimal. Kondisi ini tidak sejalan dengan tingginya konsumsi BBM di Indonesia sekitar 1,3 juta barel setara minyak perhari, sementara produksi minyak Indonesia sekitar 775 ribu barel setara minyak per hari.

"Kita impor (BBM) 400 ribu barel setara minyak per hari," ungkap Jonan.

Baca juga: Ada Usulan Penghapusan Pajak Motor, Sobat Pantau Setuju?

Untuk itu, Pemerintah sangat mendorong industrialisasi yang berbasis listrik.

"Ini penting karena listriknya dihasilkan dari energi primer lokal seperti batubara, gas alam, panas bumi, air, hingga angin. Makanya, mobil listrik harus jalan," tandas Jonan.

Dua tantangan tersebut (Coal to DME dan kendaraan listrik) bakal diimplementasikan oleh Pemerintah demi mencapai ketahanan energi nasional.

"Dua ini kalau kita membicarakan energy security saat ini," jelas Jonan. 


Penulis :
Nani Suherni