Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Inflasi Indonesia Diramalkan Bertengger di Kisaran 2,33 Persen Akhir 2025

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Inflasi Indonesia Diramalkan Bertengger di Kisaran 2,33 Persen Akhir 2025
Foto: Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede dalam Permata Bank Wealth Wisdom 2024 di Jakarta, Senin (18/11/2024). (ANTARA/Bayu Saputra)

PantauInflasi Indonesia diteropong berada di kisaran 2,33 persen pada akhir tahun 2025. Meski begitu, terdapat fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh berbagai faktor kebijakan dan kondisi pasar global.

Proyeksi ini didasarkan pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2025 yang mencatat deflasi bulanan sebesar 0,76 persen (month-to-month/mtm), berbalik dari inflasi sebesar 0,44 persen (mtm) pada Desember 2024. Penurunan harga secara umum ini terutama didorong oleh kebijakan diskon tarif listrik rumah tangga yang diterapkan pemerintah sejak 1 Januari 2025.

Karena pemerintah telah membatasi diskon tarif listrik untuk periode dua bulan, kami mengantisipasi bahwa inflasi akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 - 3,5 persen pada akhir tahun, kecuali jika kebijakan tersebut diperpanjang hingga sepanjang tahun. Selain itu, inflasi pada tahun 2025 diperkirakan akan dipengaruhi oleh efek basis yang rendah dari tahun sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan hal itu seperti dikutip ANTARA di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Baca juga: Infrastruktur SDA dan Konektivitas Diklaim Berjasa Kendalikan Inflasi

Di luar faktor yang didorong oleh kebijakan, ia memperkirakan tekanan inflasi yang timbul dikarenakan berlanjutnya pemulihan permintaan konsumen, yang dapat berkontribusi pada inflasi sisi permintaan yang moderat.

Inflasi yang diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah juga memiliki peran penting dalam inflasi secara keseluruhan.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan adanya deflasi bulanan yang terjadi pada Januari 2025 sebesar 0,76 persen (mtm).

Merespons data ini, Josua menilai deflasi Januari 2025 disebabkan oleh penurunan tajam dalam kelompok harga yang diatur pemerintah (administered price), dengan deflasi bulanan mencapai 7,38 persen mtm.

Baca juga: Airlangga Beberkan Jurus Jaga Inflasi 2,5 Persen, Harga Pangan Jadi Fokus

Kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi rumah tangga dengan kapasitas 2.200 VA ke bawah menjadi faktor utama, memberikan kontribusi sebesar 1,44 persen terhadap deflasi umum. Tarif listrik sendiri mengalami penurunan drastis sebesar 32,03 persen (mtm).

“Secara historis, deflasi di bulan Januari jarang terjadi, karena tren musiman biasanya menunjukkan bahwa komponen harga bergejolak secara dominan memberikan tekanan inflasi. Pendorong utama deflasi di Januari 2025 adalah komponen harga diatur pemerintah, terutama karena penerapan kebijakan diskon tarif listrik rumah tangga,” jelas Josua.

Di sisi lain, kelompok harga bergejolak (volatile food) justru mengalami inflasi sebesar 2,95 persen (mtm), terutama didorong oleh kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit akibat curah hujan tinggi yang mengganggu pasokan.

Komoditas pangan lainnya seperti ikan dan daging ayam juga mencatat kenaikan harga, turut menyumbang inflasi bulanan.

Baca juga: Inflasi 2025 Dipatok 2,5 Persen Plus Minus 1 Persen

Lebih lanjut, Josua menambahkan bahwa selain faktor kebijakan, inflasi tahun 2025 juga akan dipengaruhi oleh pemulihan permintaan konsumen yang berpotensi memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta penguatan pasar emas global juga diperkirakan turut menyumbang inflasi, terutama melalui kenaikan harga emas domestik.

Pada Januari 2025, inflasi inti meningkat menjadi 0,30 persen (mtm), dengan perhiasan emas memberikan kontribusi sebesar 0,02 persen terhadap inflasi umum.

“Kenaikan ini disebabkan oleh depresiasi rupiah dan penguatan pasar emas global. Perhiasan emas sendiri menyumbang 0,02 persen terhadap inflasi umum. Selain itu, harga minyak goreng naik di bulan Januari 2025, yang selanjutnya menambah 0,02 persen terhadap inflasi umum,” tuturnya.

Baca juga: Inflasi AS dan The Fed Tertuduh Jadi Biang Kerok Pasar Kripto Turun

Adapun sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memperpanjang diskon listrik 50 persen untuk masyarakat.

Diskon listrik bagi pelanggan 450 VA-2.200 VA itu hanya berlaku selama dua bulan yakni Januari hingga Februari.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin

Berita Terkait