Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Tarif Impor AS ke China Naik Jadi 104%, Perang Dagang Kembali Memanas di Era Trump

Oleh Pantau Community
SHARE   :

Tarif Impor AS ke China Naik Jadi 104%, Perang Dagang Kembali Memanas di Era Trump
Foto: Ketegangan dagang antara AS dan China memanas setelah Trump naikkan tarif hingga 104%, picu respons balasan dari Beijing dan kekhawatiran global soal dampak ekonomi.

Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor balasan terhadap China hingga sebesar 104%, dalam langkah yang semakin memperuncing konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Kebijakan ini memicu kekhawatiran global terhadap potensi eskalasi perang dagang dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi serta sektor ketenagakerjaan di kedua negara.

Trump sebelumnya mulai dengan tarif 10% terhadap seluruh barang dari China pada Februari 2025, sebagai respons atas dugaan keterlibatan China dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan fentanil ke wilayah AS.

Saling Balas Tarif, Risiko PHK dan Resesi Meningkat

Tarif tersebut dinaikkan menjadi 20% pada Maret, kemudian meningkat tajam menjadi 34% pada 2 April 2025 dan efektif diberlakukan mulai 9 April.

China pun membalas dengan tarif 34% terhadap produk asal AS.

Namun, setelah permintaan negosiasi dari AS ditolak oleh China, Trump kembali menaikkan tarif terhadap China sebesar 50%.

Akumulasi tarif menjadi 104%, terdiri dari tarif awal 20% ditambah tarif tambahan 84% (50% dan 34%).

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut negara-negara yang membalas tarif AS, termasuk China, telah "melukai pekerja Amerika" dan menegaskan bahwa Trump tidak akan mundur dari kebijakan ini.

Sebagai respons, pemerintah China kembali menaikkan tarif terhadap produk AS sebesar 50%, sehingga total tarif balasan dari China terhadap barang-barang asal AS mencapai 84%.

China merupakan sumber impor terbesar kedua bagi AS dengan nilai US$ 439 miliar pada tahun sebelumnya, sementara ekspor AS ke China hanya mencapai US$ 144 miliar.

Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif tinggi ini berisiko menekan industri domestik masing-masing negara, meningkatkan harga barang, dan memperbesar ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

Menurut Peterson Institute for International Economics, tarif rata-rata barang China pada akhir masa jabatan pertama Trump mencapai 19,3%.

Pemerintahan Biden yang lalu mempertahankan sebagian besar kebijakan tarif tersebut dan bahkan menambahkan beban baru, hingga rata-rata tarif impor dari China kini mencapai 20,8%.

Penulis :
Pantau Community