
Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya pendalaman pasar keuangan syariah guna mendorong inklusi keuangan di Indonesia yang masih rendah, meskipun literasi keuangannya meningkat.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SLIK) 2025 yang dilakukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat literasi keuangan syariah mencapai 43,42 persen, namun tingkat inklusi hanya 13,41 persen.
"Gap ini adalah good problem, artinya masyarakat punya minat, tetapi aksesnya masih terbatas," ujarnya.
Inovasi Digital dan Produk Syariah Jadi Prioritas
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, OJK mendorong pendalaman pasar melalui percepatan digitalisasi layanan, pengembangan produk yang adaptif, serta perluasan jangkauan layanan syariah ke berbagai lapisan masyarakat.
Bank syariah kini memperkuat inklusi keuangan dengan menghadirkan aplikasi mobile banking, peningkatan sistem teknologi informasi, dan memperhatikan kenyamanan serta keamanan siber.
OJK juga mendukung pengembangan produk baru perbankan syariah melalui regulasi yang relevan dan kompetitif sesuai dengan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Produk inovatif yang tengah dikembangkan antara lain investment account, penyertaan pada sektor riil dan lembaga keuangan, supply chain financing untuk UMKM, dan Cash Waqf Linked Deposit (CWLD) yang mengintegrasikan kegiatan sosial wakaf uang ke dalam perbankan.
Saat ini, lima bank umum syariah, satu unit usaha syariah, dan satu BPR syariah telah mengimplementasikan skema CWLD.
Skema ini dinilai mampu meningkatkan aset wakaf serta membantu pembiayaan produktif UMKM dalam sektor pertanian terpadu, pembangunan sumur wakaf, hingga ekosistem industri halal.
Fokus pengembangan produk syariah di tahun 2025 akan diarahkan pada sinergi strategis dengan industri halal nasional guna memperkuat peran perbankan syariah dalam pertumbuhan ekonomi inklusif.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf