Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Menteri ESDM Usulkan Pemangkasan Kuota Solar Bersubsidi di RAPBN 2026, Komisi DPR Revisi Kuota LPG 3 Kg

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Menteri ESDM Usulkan Pemangkasan Kuota Solar Bersubsidi di RAPBN 2026, Komisi DPR Revisi Kuota LPG 3 Kg
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kiri) bersama Ketua Komisi XII DPR Bambang Patijaya (kanan) setelah Rapat Kerja dengan Komisi XII DPR di Jakarta (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 sebesar 19,05 juta hingga 19,28 juta kiloliter (KL), turun dari kuota APBN 2025 yang mencapai 19,41 juta KL.

Kuota BBM Bersubsidi dan Rencana Impor Solar

Usulan kuota tersebut terdiri dari 0,52 juta – 0,54 juta KL untuk minyak tanah dan 18,53 juta – 18,74 juta KL untuk solar.

Khusus untuk solar, angka tersebut menurun dari kuota tahun sebelumnya yang sebesar 18,88 juta KL.

Pemangkasan ini sejalan dengan rencana pemerintah mengurangi impor solar melalui peningkatan penggunaan biofuel B50.

"Kalau untuk impor solar, kalau kita akan konversi ke B50, Insya Allah kita tidak akan impor lagi, dengan catatan produksi kita tidak boleh turun," ungkap Bahlil dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI.

Namun, ia menambahkan bahwa jika masyarakat masih menggunakan B40, maka impor solar tetap dibutuhkan.

"Jadi, mungkin masih impor sedikit," ia mengungkapkan, menandakan potensi ketergantungan impor masih ada jika program B50 tidak maksimal.

Realisasi penyaluran BBM bersubsidi selama Januari hingga Mei 2025 mencapai 7,41 juta KL, dengan rincian 0,21 juta KL minyak tanah dan 7,20 juta KL solar.

Revisi Kuota LPG dan Subsidi Listrik

Bahlil juga mengusulkan kuota Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung 3 kilogram dalam RAPBN 2026 sebesar 8,31 juta metrik ton (MT), naik dari APBN 2025 yang sebesar 8,17 juta MT.

Namun, Komisi XII DPR mengusulkan revisi menjadi 8,79 juta MT.

Akhirnya, disepakati kisaran kuota antara 8,31 juta – 8,79 juta MT, dengan keputusan akhir akan dibahas di Badan Anggaran DPR.

Realisasi penyaluran LPG 3 kg pada Januari–Mei 2025 tercatat sebesar 3,49 juta MT.

Dalam rapat yang berlangsung pada 30 Juni, juga dibahas usulan kuota Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite untuk RAPBN 2026, yang diajukan BPH Migas sebesar 31,229 juta – 31,23 juta KL, sama dengan kuota APBN 2025.

Realisasi penyaluran Pertalite sampai Mei 2025 mencapai 11,6 juta KL.

Selain itu, disepakati pula anggaran subsidi listrik dalam RAPBN 2026 sebesar Rp97,37 triliun – Rp104,97 triliun, meningkat dibanding APBN 2025 yang sebesar Rp87,72 triliun.

Asumsi Makro Energi dan Target Lifting Migas

Rapat juga menyepakati asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) di kisaran 60–80 dolar AS per barel.

Target lifting minyak dan gas bumi (migas) ditetapkan sebesar 1,558 – 1,637 juta barel setara minyak per hari (boepd).

Target tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 605–620 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 953 ribu – 1,017 juta boepd.

Angka lifting minyak ini lebih tinggi dibanding usulan awal Kementerian ESDM yang sebesar 605–610 ribu barel per hari.

Penulis :
Shila Glorya