Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Freeport Indonesia Belum Putuskan Ekspor Tembaga ke AS Meski Dapat Pujian dari Trump

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Freeport Indonesia Belum Putuskan Ekspor Tembaga ke AS Meski Dapat Pujian dari Trump
Foto: Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat ditemui awak media di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta (sumber: ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Pantau - PT Freeport Indonesia menyatakan masih menunggu kepastian tarif ekspor tembaga ke Amerika Serikat (AS) sebelum mengambil keputusan bisnis lebih lanjut, meski mendapat pujian langsung dari Presiden AS, Donald Trump, terkait kualitas tembaga Indonesia.

Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengungkapkan bahwa belum ada informasi pasti mengenai detail tarif yang akan dikenakan oleh pemerintah AS.

"Detailnya belum tahu. Tapi tadi dipuji bahwa tembaga di Indonesia itu kualitasnya bagus," ungkapnya.

Pujian tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Donald Trump setelah pengumuman penurunan tarif balasan ekspor tembaga dari 32 persen menjadi 19 persen.

"19 persen itu sudah pasti lebih bagus dari 32 persen. Tapi ini masih belum final. Mudah-mudahan bisa turun lagi," ujarnya menanggapi perkembangan tersebut.

Kapasitas Produksi Tidak Bisa Ditingkatkan Serta-Merta

Menanggapi peluang peningkatan produksi untuk memenuhi potensi permintaan dari pasar AS, Tony menyebut bahwa kapasitas produksi tidak bisa serta-merta ditingkatkan karena keterbatasan sistem pertambangan.

"Di tambang tidak bisa, ketika ada permintaan kita menaikkan kapasitas produksi. Tidak bisa seperti itu karena rencana induk kita sudah terencana dengan baik dengan memerhatikan daya dukung lingkungan, safety, ketersediaan, dan lain sebagainya," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa proses penambangan tembaga harus mengikuti tahapan dan urutan yang telah ditentukan sejak awal.

"Dan ini sudah direncanakan lama, tidak seperti manufacturing yang bisa (meningkatkan produksi menyusul banyaknya permintaan). Karena bahan baku kita dari dalam tanah, jadi memang harus sesuai dengan rencana, ditambang secara sequence," tambahnya.

AS Bukan Pasar Utama, China Tetap Jadi Prioritas

Meski ada penurunan tarif, Tony menegaskan bahwa Amerika Serikat bukanlah tujuan ekspor utama Freeport Indonesia.

"Kami sih selama ini tidak pernah jual ke Amerika ya. Selama ini ekspor itu sebagian besar ke China," katanya.

Ia juga menyebut bahwa belum ada rencana untuk memindahkan pasar utama dari China ke AS karena pertimbangan efisiensi logistik dan volume konsumsi.

"Untuk memindahkan pasar? Kalau ke Amerika itu jauh, (butuh waktu pengiriman) 45 hari. Sementara kalau ke China itu cuma 7 hari pengapalan, dan China mengkonsumsi 50 persen dari copper di dunia ini," ungkapnya.

Tony menegaskan bahwa dalam perdagangan internasional, perusahaan harus fleksibel dalam melihat peluang pasar.

"Jadi, ya, maksudnya kenapa harus pindah, gitu kan? Tapi intinya adalah kalau kita namanya international trade, trade is borderless, ya, kan? Di mana ada market ya di situ," tutupnya. 

Penulis :
Arian Mesa