
Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam memperkuat sektor agrokimia sebagai bagian penting dari struktur industri strategis nasional, guna mendukung ketahanan pangan dan kemandirian sektor pertanian.
Pemerintah terus mendorong pembangunan industri kimia hulu yang berdaya saing melalui peningkatan kapasitas produksi dan pelengkapan struktur pohon industri, demi menjamin pemenuhan kebutuhan bahan baku industri.
Industri manufaktur secara keseluruhan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan sumbangan sebesar 17,16 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 25,84 persen terhadap penerimaan pajak sepanjang tahun 2024.
Peningkatan Kapasitas Industri Kimia dan Agrokimia
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah tingginya angka impor produk formulasi pestisida, yang pada tahun 2024 mencapai 87.350 ton.
Jumlah impor yang besar mencerminkan tingginya kebutuhan produk agrokimia dalam negeri seiring dengan luasnya lahan pertanian di Indonesia.
"Industri kimia merupakan industri strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dalam mengembangkan industri di tingkat hilir. Penguatan sektor kimia sebagai pemasok bahan baku menjadi salah satu strategi kunci dalam mendukung daya saing industri hilir," ungkap pihak Kemenperin.
Sektor kimia sebagai pemasok bahan baku industri pestisida diharapkan memiliki kapasitas memadai serta performa yang stabil untuk menjamin keberlangsungan industri.
Apresiasi untuk PT DGW dan Komitmen Bangun Ekosistem Industri
Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Delta Giri Wacana Tbk (DGW) atas peresmian pabrik karbamasi yang berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten.
Pembangunan fasilitas karbamasi oleh PT DGW dinilai sebagai bentuk nyata komitmen pelaku industri dalam memperkuat kapasitas produksi bahan aktif pestisida di dalam negeri.
"Langkah ini menunjukkan kepedulian pelaku industri terhadap kemandirian sektor pertanian nasional serta keberanian untuk mengambil peran strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah," ujarnya.
Pabrik karbamasi PT DGW memiliki kapasitas awal produksi 2.000 ton per tahun untuk bahan aktif karbamat jenis methomyl, dan direncanakan akan ditingkatkan menjadi 6.000 ton per tahun.
"Kehadiran pabrik ini tidak hanya menjadi langkah strategis dalam mendukung substitusi impor, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi industri dalam memperkuat kemandirian sektor pertanian nasional. Sehingga, dengan penguatan sektor hulu, diharapkan terciptanya ekosistem industri yang kokoh dan berkelanjutan sebagai fondasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional," jelas Kemenperin.
Kemenperin juga menegaskan akan terus mendorong pengembangan industri kimia nasional melalui kebijakan strategis yang meliputi peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pemberian insentif fiskal, pengembangan kawasan industri berbasis kimia, program hilirisasi, dan substitusi impor.
Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menciptakan struktur industri kimia yang kokoh dan terintegrasi dari hulu ke hilir, sekaligus memperkuat daya saing industri nasional di pasar global.
- Penulis :
- Shila Glorya