
Pantau - Sebuah riset terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat dan Kanada, serta dipublikasikan melalui Pubmed.gov, mengungkap bahwa kandungan Bisphenol A (BPA) dalam makanan kaleng jauh lebih tinggi dibandingkan migrasi BPA dari galon guna ulang berbahan polikarbonat (PC) untuk air minum dalam kemasan (AMDK).
“Sebuah studi meneliti kandungan BPA di berbagai makanan baik makanan segar, beku, dan kaleng. Mereka menemukan BPA di 73 persen makanan kaleng. Di makanan segar dan beku sekalipun juga ditemukan BPA sebanyak 7 persen,” demikian dijelaskan dalam riset tersebut.
dr. Karin Wiradarma, Spesialis Gizi Klinik dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, menyebut bahwa makanan kaleng merupakan sumber utama paparan BPA pada manusia.
Kandungan BPA di Kaleng Capai Ratusan Nanogram
Penelitian itu menunjukkan bahwa 60–70 persen produk makanan kaleng, termasuk dari merek ternama, mengandung BPA dengan konsentrasi hingga 730 nanogram per gram (ng/g).
Sementara survei di Kanada menemukan rata-rata kandungan BPA dalam tuna kaleng mencapai 137 ng/g, dan tertinggi hingga 534 ng/g.
Sebaliknya, konsentrasi migrasi BPA dari galon air minum berbahan PC hanya berada pada kisaran 0.128–0.145 ng/g, atau sangat rendah.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah menetapkan batas aman BPA dalam kemasan pangan sebesar 0,6 bagian per juta atau setara 600 mikrogram per kilogram.
Sup Kaleng Picu Kenaikan Kadar BPA dalam Tubuh
Penelitian dari Harvard School of Public Health pada 2011 membuktikan bahwa konsumsi sup kaleng selama lima hari berturut-turut dapat meningkatkan kadar BPA dalam urin hingga 1.000 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa paparan BPA dari makanan kaleng bukan sekadar risiko teoritis, melainkan ancaman nyata yang berdampak langsung pada tubuh manusia.
Studi juga menyebut bahwa pemanasan atau penyimpanan kemasan kaleng dalam waktu lama meningkatkan pelepasan BPA ke dalam makanan.
Ironisnya, narasi publik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir justru lebih banyak menyoroti galon guna ulang sebagai sumber utama paparan BPA.
Padahal, berbagai riset menempatkan makanan kaleng sebagai penyumbang terbesar paparan BPA dalam tubuh manusia.
Ahli IPB: Makanan Kaleng Lebih Mengkhawatirkan
Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB, Ahmad Sulaeman, turut mengingatkan bahwa kandungan BPA dalam kemasan kaleng lebih berisiko dibandingkan galon air minum.
“Artinya kontak antara makanan dan plastik epoksi BPA tadi jadi lebih lama,” ujarnya.
Ahmad menjelaskan bahwa makanan kaleng umumnya disimpan dalam waktu lama di toko maupun rumah konsumen, dan sering kali tidak langsung diolah, sehingga potensi paparan BPA meningkat secara signifikan.
- Penulis :
- Aditya Yohan