Tampilan mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Menguat di Tengah Ketidakpastian Global akibat Shutdown Pemerintahan AS dan Data Ekonomi Tertunda

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

IHSG Menguat di Tengah Ketidakpastian Global akibat Shutdown Pemerintahan AS dan Data Ekonomi Tertunda
Foto: (Sumber: Arsip foto - Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/pri. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S).)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 7 Oktober 2025, tercatat menguat 46,53 poin atau 0,57 persen ke posisi 8.186,42.

Penguatan ini terjadi di tengah pelaku pasar yang sedang mencermati perkembangan shutdown (penutupan) pemerintahan Amerika Serikat.

Indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga mengalami kenaikan sebesar 5,61 poin atau 0,72 persen ke level 788,02.

Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyatakan, “IHSG diperkirakan bergerak konsolidasi pada rentang 8.080-8.180,” ungkapnya.

Shutdown AS Hambat Data Ekonomi, Investor Beralih ke Sumber Swasta

Shutdown pemerintahan AS yang masih berlangsung menyebabkan tertundanya rilis sejumlah data ekonomi resmi dari pemerintah.

Akibatnya, investor global beralih memperhatikan data ekonomi yang dirilis oleh pihak swasta dalam beberapa hari terakhir.

Perselisihan antara Partai Republik dan Demokrat mengenai isu jaminan kesehatan menjadi penyebab utama shutdown ini.

Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran pasar terhadap potensi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal bagi pegawai federal jika shutdown terus berlanjut.

Selain itu, investor juga menanti pidato dari sejumlah Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) yang dijadwalkan berlangsung pekan ini.

Sentimen Domestik dan Global Warnai Pergerakan Pasar

Dari dalam negeri, pelaku pasar menanti pengumuman data cadangan devisa Indonesia untuk bulan September 2025.

Data tersebut dijadwalkan dirilis pada hari Selasa, dengan proyeksi naik ke level 159 miliar dolar AS.

Sebagai perbandingan, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 150,7 miliar dolar AS pada Agustus dan 152 miliar dolar AS pada Juli 2025.

Sementara itu, dari kawasan Eropa, perhatian pasar tertuju pada data factory orders Jerman untuk Agustus 2025 yang diperkirakan naik 1,2 persen secara bulanan, setelah pada Juli sempat turun 2,9 persen.

Inggris dijadwalkan merilis data indeks harga rumah untuk bulan September 2025, yang juga menjadi fokus pelaku pasar.

Pada perdagangan hari Senin, 6 Oktober 2025, mayoritas bursa saham Eropa ditutup melemah.

Namun, Euro Stoxx 50 tercatat menguat 0,36 persen, sementara indeks FTSE 100 Inggris turun 0,13 persen, dan indeks CAC Prancis melemah 1,36 persen.

Indeks DAX Jerman tidak mencatat perubahan karena libur perdagangan.

Di bursa Wall Street, sebagian besar indeks ditutup menguat pada Senin, 6 Oktober 2025.

Indeks S&P 500 naik 0,36 persen ke posisi 6.740,79, dan indeks Nasdaq naik 0,78 persen ke 24.978,51, sedangkan indeks Dow Jones turun tipis 0,14 persen ke 46.694,28.

Sementara itu, bursa saham Asia pada Selasa pagi menunjukkan pergerakan yang beragam.

Indeks Nikkei Jepang menguat 396,74 poin atau 0,88 persen ke 48.339,00, indeks Shanghai naik 20,25 poin atau 0,52 persen ke 3.882,78, dan indeks Strait Times Singapura naik 39,30 poin atau 0,89 persen ke 4.416,35.

Satu-satunya yang melemah adalah indeks Hang Seng Hong Kong yang turun 183,15 poin atau 0,67 persen ke 26.957,55.

Penulis :
Ahmad Yusuf