FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

TAMENG: Living Lab Pertanian Berbasis Masyarakat di Malang Jadi Solusi Hadapi Perubahan Iklim

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

TAMENG: Living Lab Pertanian Berbasis Masyarakat di Malang Jadi Solusi Hadapi Perubahan Iklim
Foto: (Sumber: Petani binaan Petrokimia Gresik memberi pakan ternak di kandang domba yang menjadi bagian dari integrasi pertanian dan peternakan dalam Program TAMENG. ANTARA/HO-Petrokimia Gresik.)

Pantau - Petani binaan Petrokimia Gresik di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menilai bahwa program Living Lab berbasis masyarakat seperti Tawangargo Smart-Eco Farming Village (TAMENG) dapat menjadi solusi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor hortikultura.

Program ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sekaligus mendorong pertanian berkelanjutan yang digerakkan langsung oleh komunitas lokal.

"Living Lab ini digerakkan langsung oleh masyarakat. Di sini kami sebagai petani bukan hanya menjadi objek, tetapi juga bertindak sebagai subjek yang melakukan penelitian dan uji coba nyata untuk pertanian berkelanjutan," ujar Karmukit, local hero program TAMENG.

Kolaborasi dan Inovasi dari Desa untuk Pertanian Berkelanjutan

Dimulai pada tahun 2022 dengan 35 petani dari kelompok Agronova Vision, TAMENG berkembang pesat menjadi pusat hortikultura modern yang terintegrasi dengan wisata edukatif.

Didukung Petrokimia Gresik, program ini mengadopsi pendekatan climate smart agriculture yang berfokus pada keberlanjutan dan peningkatan pendapatan petani.

Kegiatan mencakup seluruh rantai produksi pertanian, dari pembibitan hingga penjualan, dan melibatkan kolaborasi aktif antara petani, peneliti, mahasiswa, dan komunitas.

"Banyak sekali transformasi yang kami lakukan. Alhamdulillah, TAMENG sekarang berkembang menjadi research center berbasis komunitas dari yang awalnya hanya desa hortikultura biasa," ungkap Karmukit.

Teknologi sederhana pun diterapkan, seperti penggunaan solar cell untuk pompa air, sistem water drip, sprinkle, serta mesin pertanian lain.

TAMENG juga membangun sistem pengelolaan limbah terpadu—limbah organik diolah menjadi plant booster (POC), agensia hayati, dan pakan ternak, sementara limbah anorganik dikelola bank sampah dan dijual ke pengepul.

"Khusus limbah anorganik dikelola langsung oleh bank sampah dan dijual kepada pengepul. Kami juga memilah limbah B3 untuk dipisahkan agar tidak berbahaya," tambahnya.

Dari Pertanian hingga Edukasi dan Agrowisata

Untuk meningkatkan pendapatan petani, kelompok ini juga mengembangkan budidaya domba, ikan, azolla, dan cacing tanah untuk produksi pupuk kascing dan pakan ikan, sekaligus menyerap limbah pertanian.

Produk hasil panen yang masih layak konsumsi diolah oleh istri petani menjadi makanan bernilai ekonomi seperti mie sayur, keripik sayur, dan dodol sayur, yang dijual langsung di warung pengunjung.

TAMENG kini menjadi kawasan agrowisata edukatif, tempat pengunjung bisa memetik sayur dan buah langsung dari kebun, sekaligus mengikuti pelatihan pertanian ramah lingkungan.

"Living Lab ini menjadikan TAMENG sebagai ekosistem pertanian hortikultura dari hulu hingga hilir yang mampu meningkatkan kemandirian petani, serta mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional," tutup Karmukit.

Penulis :
Aditya Yohan