
Pantau - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, menyampaikan bahwa smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, saat ini tidak beroperasi karena tidak memperoleh pasokan konsentrat sejak terjadi longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC).
Operasional Tambang dan Smelter Terhenti
Tony mengatakan, “Sekarang operasionalnya bisa dikatakan berhenti karena konsentratnya nggak ada.”
Longsor lumpur bijih basah terjadi pada 8 September 2025 di area tambang bawah tanah kawasan Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Sejak kejadian tersebut, Freeport menghentikan seluruh operasional tambang untuk memfokuskan sumber daya pada proses evakuasi tujuh pekerja yang terjebak di area tambang.
Tony menegaskan, “Kami sekarang ini seluruhnya sedang dalam tahap berhenti produksi dari tanggal 8 September. Seluruh tambang kami semuanya berhenti.”
Proses pencarian korban dilakukan secara bertahap hingga dinyatakan selesai pada 6 Oktober 2025.
Meski seluruh korban telah ditemukan, operasional tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave (GBC) tetap terhenti karena Freeport bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih melakukan investigasi dan evaluasi.
Smelter Freeport di Gresik tidak menerima pasokan konsentrat dari tempat lain, sehingga aktivitasnya ikut berhenti.
Upaya Pemulihan dan Rencana Produksi
Tony menyebut sedang memikirkan alternatif agar produksi bisa kembali berjalan, “Mudah-mudahan kami bisa segera beroperasi walaupun tidak dalam kapasitas penuh, supaya bisa ada konsentrat yang kami produksi untuk dikirim ke smelter-smelter.”
Dampak dari terhentinya operasional tambang Freeport selama lebih dari satu bulan terhadap realisasi produksi perusahaan masih dalam tahap perhitungan.
Tony menambahkan, fokus utama Freeport saat ini adalah pada proses restorasi tambang setelah evakuasi korban selesai, “Kami masih fokus sekarang ke restorasi, investigasi, kemudian evaluasi.”
Freeport sebelumnya melaporkan bahwa perbaikan smelter Gresik berhasil dipercepat setelah sempat mengalami kendala pengolahan sekitar 100 ribu ton konsentrat.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti