billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ketegangan Dagang AS-China Dinilai Untungkan Indonesia, Menkeu: Biar Saja Mereka Berantem, Kita Untung

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Ketegangan Dagang AS-China Dinilai Untungkan Indonesia, Menkeu: Biar Saja Mereka Berantem, Kita Untung
Foto: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (sumber: ANTARA/Muhammad Heriyanto)

Pantau - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai bahwa rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengenakan tarif 100 persen terhadap barang-barang dari China dapat menjadi peluang besar bagi ekspor Indonesia ke pasar Amerika.

Peluang Ekspor Indonesia di Tengah Ketegangan Dagang

Purbaya menyatakan bahwa dengan dikenakannya tarif tinggi terhadap produk China, maka barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih kompetitif di pasar AS.

"Kalau kita lihat kan, kalau China dikenakan tarif 100 persen kan barang kita jadi lebih bersaing di Amerika, untuk itu kita untung. Biar saja mereka berantem, kita untung," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa kondisi ini berpotensi memberikan dorongan terhadap sektor ekspor nasional, terutama untuk produk seperti tekstil, alas kaki, dan barang-barang elektronik.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan rencana penerapan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang impor dari China.

Trump juga menyampaikan rencana pembatasan ekspor perangkat lunak penting sebagai bentuk respons terhadap kebijakan ekspor mineral tanah jarang dari pemerintah China.

Tarif tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada 1 November 2025, namun implementasinya bisa lebih cepat tergantung pada sikap balasan dari pihak China.

Reaksi Pasar dan Tanggapan Pemerintah China

Purbaya mengakui bahwa ketegangan dagang antara AS dan China dapat menimbulkan reaksi pasar yang beragam, termasuk terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Ke IHSG harusnya positif. Kenapa? Mungkin ada sentimen negatif di pasar ya, gara-gara pasar sana jatuh," ia mengungkapkan.

Di sisi lain, China melalui Kementerian Perdagangan pada Kamis (9/10) mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang.

Kebijakan tersebut memperluas kontrol terhadap teknologi pemrosesan, manufaktur, serta pelarangan kerja sama dengan perusahaan asing tanpa persetujuan pemerintah.

Pengendalian juga mencakup teknologi penambangan, peleburan, pemisahan, produksi material magnetik, dan daur ulang sumber daya sekunder.

Pemerintah China menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasional.

Dengan perkembangan ini, Indonesia diperkirakan dapat mengambil celah untuk meningkatkan volume ekspor ke pasar AS.

Produk-produk unggulan yang berpeluang mendapatkan manfaat antara lain tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.

Penulis :
Leon Weldrick