
Pantau - Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief, menegaskan bahwa seluruh sekolah di Indonesia wajib memiliki komitmen kuat untuk menghapus praktik perundungan agar lingkungan pendidikan benar-benar aman dan nyaman bagi siswa.
Kasus Siswa SMP di Grobogan Jadi Peringatan Serius
“Seluruh pihak di sekolah harus punya komitmen kuat untuk menghapus praktik perundungan. Guru dan kepala sekolah harus jeli memantau perilaku siswa. Jangan menyepelekan tanda-tanda perundungan hingga akhirnya murid menjadi korban,” ungkap Habib.
Ia menyoroti pentingnya kewaspadaan serta kepedulian seluruh pihak sekolah terhadap gejala-gejala perundungan yang muncul di lingkungan pendidikan.
Pernyataan itu disampaikan Habib menanggapi kasus meninggalnya siswa kelas VII SMP Negeri 1 Geyer, Grobogan, Jawa Tengah, bernama Angga Bagus Perwira, yang diduga menjadi korban perundungan.
Habib meminta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk memberikan sanksi kepada sekolah apabila terbukti lalai dalam melindungi siswa.
“ Kami sangat prihatin atas kematian siswa bernama Angga. Ini bukan hanya duka bagi keluarga, tetapi juga bagi bangsa. Kasus ini harus diinvestigasi secara menyeluruh dan transparan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Siapa pun yang terlibat atau membiarkan, harus diberi sanksi. Kepala sekolah juga harus bertanggung jawab, karena gagal menciptakan lingkungan sekolah yang aman,” ujarnya.
Dorongan Evaluasi dan Pengawasan Sekolah
Menurut keterangan keluarga, Angga sempat mengeluhkan sering mengalami perundungan, baik secara verbal maupun fisik, bahkan beberapa kali menolak masuk sekolah karena takut.
“Guru dan kepala sekolah seharusnya mengetahui jika ada masalah yang dialami siswa. Jangan menutup mata seolah semua baik-baik saja, padahal ada anak yang menjadi korban. Sikap seperti ini jelas menyalahi komitmen sekolah untuk menciptakan rasa aman bagi peserta didik,” tegas Habib.
Angga ditemukan meninggal dunia di ruang kelas VII pada Sabtu, 11 Oktober, sekitar pukul 11.00 WIB.
Berdasarkan keterangan teman-teman sekelasnya, korban sempat dua kali terlibat perkelahian dengan teman di hari yang sama sebelum mengalami kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia.
“Di mana guru-guru saat jam pelajaran berlangsung? Mana pengawasan pihak sekolah? Jika kasus seperti ini tidak ditindak tegas, akan terus berulang dan anak-anak lagi yang menjadi korban. Kami mendesak semua pihak berkomitmen memutus mata rantai perundungan di sekolah,” ia menambahkan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti